Senin, 28 Desember 2015

Diana Amelia(18151511182)



Diana Amelia (1815151182)  
Kelas B PGSD 2015

Laporan Observasi Cagar Budaya Setu Babakan

(Ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Konsep Dasar IPS)
Dosen: Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd













Disusun oleh:
Diana Amelia ( 1815151182 )


Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
Tahun 2015



                                                                                                                                               


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan hidayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Oservasi cagar budaya betawi setubabakan.. Makalah ini merupakan makalah yang dibuat sebagai salah satu tugas  mata kuliah Konsep Dasar IPS di jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta Selain itu penyusunan Laporan observasi cagar Budaya Setubabakan  ini berdasarkan dari data yang telah diperoleh secara langsung baik dalam bentuk praktik, dan wawancara selama melakukan kunjungan tersebut.
Berkat dukungan dan bantuan dalam penyusunan laporan observasi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: :
1.      Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan kesempatan kunjungan observasi ini.
2.     Bapak  Jahrudin selaku pengelola setubabakan.
3.  Bang Roni, selaku pengarah selama kami melaksanakan kunjungan.
4. Pihak-pihak terkait yang telah membantu kegiatan sehingga dapat terlaksana dengan lancar dan baik.
                                               
Demikian kata pengantar ini penulis sampaikan dan penulis menyadari Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini agar nantinya bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Jakarta, 21 Desember  2015


Diana Amelia




Daftar Isi

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..ii
BAB I………………………………………………………………………………….......1
PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1
A.    Latar Belakang…………………………………………………………………………….1
B.     Tujuan Observasi………………………………………………………………………….2
C.     Manfaat Observasi………………………………………………………………………..2
D.    Pelaksanaan Observasi……………………………………………………………………2
E.     Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2
F.      Tujuan Masalah……………………………………………………………………………2

BAB II…………………………………………………………………………………………..3
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………..3
A.    Profil  perkampungan Budaya Betawi………………………………………………….3
B.     Sejarah Berdirinya Setubabakan………………………………………………………4
C.     Fungsi, tujuan dan potensi wisata setubabakan………………………………………..5-6
D.    Kegiatan pembukaan dan penyerahan plakat……………………………….………….7
E.     Membuat kembang goyang…………………………………………………………..8-9
F.      Membuat kerajinan batik tulis betawi……………………………………………..10-12
G.    Membuat ondel- ondel mini…………………………………………………………..13

BAB III……………………………………………………………………………………….14
PENUTUP……………………………………………………………………………………14
A.    Kesimpulan…………………………………………………………………………..14
B.     Saran ………………………………………………………………………………....14
                                                                                               
                                               


BAB I
PENDAHULUAN
A.          Latar Belakang

Budaya Betawi merupakan percampuran adat dan budaya dari beragam etnis. Dari percampuran itulah muncul kesenian serta kebudayaan yang menjadi ciri khas Suku Betawi, seperti dalam bidang seni musik, bahasa, seni tari, seni teater, dan seni bela diri. Kesenian dan kebudayaan yang khas tersebut, seharusnya dapat dikenal di kalangan masyarakat luas. Mengingat pusat Suku Betawi berada di ibu kota Negara, sehingga tantangan yang dihadapi bukan hanya dengan budaya nasional juga, tapi juga internasional..
Namun pada kenyataannya, masih ada masyarakat yang cenderung melupakan, bahkan tidak mengetahui kesenian dan kebudayaan sukunya sendiri. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain kurangnya perhatian dan kepedulian mereka terhadap kesenian serta kebudayaan khas Betawi. Namun, tentu saja kesenian dan kebudayaan ini masih dapat di jaga dan dilestarikan dengan cara mengenalkan hal tersebut kepada generasi penerus.
Kondisi demikian, setidaknya menjadi latar belakang penulisan karya tulis ini, yakni untuk membantu mengenalkan kepada masyarakat mengenai kebudayaan dan kesenian khas Suku Betawi yang salah satunya terdapat di kawasan perkampungan betawi yaitu Setubabakan.


B.     Tujuan Observasi

Tujuan dari dilakukan penelitian tentang Cagar budaya betawi yang bertempat di Setubabakan kelurahan srengseng sawah kecamatan jagakarsa kota administrasi Jakarta selatan yaitu :
1.   Memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS.
2.  Mengetahui dan Memperkenalkan kepada mahasiswa dan masyarakat luas mengenai berbagai macam kebudayaan betawi dan karakteristik masyarakat betawi yang berada dipusat ibukota seperti setubabakan
3.       Agar masyarakat dan mahasiswa dapat ikut dalam upaya pelestarian kebudayaan Betawi.


C.      Manfaat Kunjungan

Dari Observasi yang telah dilakukan ke lokasi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini diharapkan mahasiswa dapat mengetahui dan menambah wawasan lebih banyak lagi mengenai keanekaragaman kebudayaan Betawi dan karakteristik penduduk asli betawi.


D. PELAKSANAAN OBSERVASI
Observasi ini saya lakukan dengan keterangan sebagai berikut :
I. Lokasi Observasi yaitu kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang terletak di Kelurahan Serengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
II. Waktu  Observasi sekitar pukul 09.30 WIB sampai dengan 15.00 WIB , dilakukan pada Hari kamis, tanggal  17 Desember 2015
III. Cara Kerja  yaitu Saya melakukan pengamatan langsung di Lapangan dan  mengikuti rangkaian acara seperti: membatik, membuat kembang goyang, dan membuat ondel- ondel mini.

E. Rumusan permasalahan
1. Bagaimana sejarah dan tujuan dari didirikannya cagar budaya setubabakan ?
2. Bagaimana kondisi dan potensi sumber daya cagar budaya setubabakan ?
3. Bagaimana cara membuat salah satu makanan khas betawi kembang goyang serta kerajinan batik dan miniature ondel – ondel ?

F. Tujuan Masalah
1. Mengetahui sejarah dan tujuan dari berdirinya cagar budaya betwai setubabakan.
2. Mengetahui kondisi dan potensi sumber daya setubabakan.
3. mengidentifikasi dan mengetahui pengolahan kembang goyang, kerajinan batik betawi, dan miniature ondel- ondel.










 

BAB II
PEMBAHASAN

A. Profil Perkampungan Budaya Betawi.
 
Kawasan Perkampungan Budaya ini terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan, yang berfungsi sebagai pusat Perkampungan Budaya Betawi untuk menjaga warisan budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi.

Diarea perkampungan budaya betawi ini terdapat setubabakan atau danau babakan yang merupakan danau buatan dengan luas 32 hektar. Setu Babakan ini merupakan kawasan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara berkesinambungan. Perkampungan ini merupakan salah satu objek wisata yang menarik bagi wisatawan yang ingin menikmati suasana khas pedesaan atau menyaksikan budaya Betawi asli secara langsung. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi seperti memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi ,melakukan rutinitas keagamaan, menggunakan dialek betawi dalam kesehariannya dan menghasilkan industri makanan khas betawi melalui cara hidup inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.

B. Sejarah Berdirinya Perkampungan Budaya Betawi Setubabakan

Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu, Pemerintah DKI Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet, Jakarta Timur,  sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, namun urung (batal) dilakukan karena seiring perjalanan waktu perkampungan tersebut semakin luntur dari nuansa budaya Betawi-nya. Dari pengalaman ini, Pemerintah DKI Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru sebagai pengganti kawasan yang sudah direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilihlah perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sejak tahun penetapan ini, pemerintah dan masyarakat mulai berusaha melestarikan, merintis dan mengembangkan perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak didatangi oleh para wisatawan dometik maupun macanegara. Setelah persiapan dirasa cukup, pada tahun 2004, Setu Babakan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi.  Dan berdasarkan perda no 3 tahun 2005 kawasan setubabakan diperluas zonanya menjadi 289 hektar yang awal peresmiaannya hanya 105 hektar dikarenakan banyaknya potensi luar biasa dari aspek masyarakatnya dan alamnya.mendukung.


Ada 3 hal alasan pemerintah untuk menjadikan Perkampungan Budaya Betawi di kawasan Setubabakan yaitu:

1.      Faktor Masyarakat
                  Sebagian besar penduduknya adalah 60 persen orang asli Betawi yang sudah turun temurun tinggal di daerah tersebut. Sedangkan sebagian kecil lainnya 40 persen adalah para pendatang, seperti pendatang dari Jawa Barat, Jawa tengah, Kalimantan, dll yang sudah tinggal lebih dari 30 tahun di daerah ini.
2.      faktor Kultur
Karena di kawasan ini masyarakat betawi menjadi mayoritas, maka kultur betawinya masih tejaga dengan baik dapat dilihat dari perilaku masyarakat, prosesi adat, makanan yang dikonsumsi masyarakat dalam kehidupan sehari- hari.
3.      Faktor Alam
Di kawasan ini factor alam sangat menunjang kerena terdapat 2 setu atau 2 danau yaitu setubabakan dan setu mangga bolong yang tanpa dibuat oleh manusia tetapi sudah tersedia secara alami. Disekeliling setu terdapat pepohonan khas betawi seperti kecapi, pohon jamblang, rambutan rabiah, belimbing, guni, gohok, lobi- lobi, melinjo, rending, dll.

C. Fungsi dan potensi perkampungan budaya betawi setubabakan

Fungsi dari Perkampungan Budaya Betawi ada 6, yaitu:

1        Sebagai sarana ibadah
2        Sebagai sarana pemukiman atau tempat tinggal
3        Sebagai sarana informasi
4        Sebagai sarana pelestarian dan pengembangan
5        Sebagai sarana penelitian atau observasi
6        Sebagai sarana pariwisata yang berkarakteristik dan berkebudayaan betawi

Fungsi dari Setu ini bukan hanya untuk tempat melestarikan kebudayaan betawi yang makin tergerus oleh zaman, tapi fungsi utamanya sebagai penampung air resapan untuk selatan jakarta,  berdirinya setubabakan  juga memiliki 2 tujuan yaitu:
1.      Mengangkat harkat dan martabat masyarakat betawi dan
2.      Mengangkat perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan Betawi

Dari faktor-faktor dan fungsi tersebut menjadikan setubabakan memiliki 3 konsep wisata, yaitu: Wisata Budaya, Wisata Agro, dan Wisata Air.
Wisata Budaya
Para pengunjung dapat menikmati pergelaran seni musik ,tari, dan teater tradisional diarena teater terbuka SetuBabakan dan prosesi budaya ( upacara pernikahan, sunatan, qatham qur’an, aqiqah nujuh bulanan serta silat betawi yang diadakan setiap malam jum’at, injak tanah, ngarak pengantin sunat, ngaderes dll. kegiatan ini bertujuan untuk menumbuhkan kembali nilai- nilai tradisional yang , menjunjung tinggi nilai persaudaraan. Keseniannya berupa Lenong, Tari Topeng, Tanjidor, Marawis, Gambang Kromong, tanjidor, Tari Lenggang Nyai, dan Tari Narojeng.
Di kanan kiri jalan utama, pengunjung juga dapat melihat rumah-rumah panggung berarsitektur khas Betawi yang masih dipertahankan keasliannya, Wisata budaya yang disajikan antara laim rumah-rumah khas Betawi yang dibagi menjadi 3 macam, pertama rumah Betawi gudang atau kandang, kedua rumah Betawi Kebaya atau Bapang, dan yang ketiga adalah rumah Joglo, hampir serupa dengan rumah khas Yogyakarta.

Terdapat banyak kuliner dan penjaja makanan khas Betawi seperti Kerak Telor, Toge Goreng, Arum Manis, Rujak Bebek, Soto Betawi selendang mayang, gado-gado, pecak gurame, ikan pecak, dodol, tape uli, lapis talam, onde- onde, bir pletok, rengginang, toge goreng hingga laksa betawi. Akses menuju lokasi perkampungan Setu Babakan pun relatif mudah, karena terdapat banyak kendaraan umum yang melewati perkampungan ini.
Wisata Air

Setu Babakan menjadi lokasi yang tepat untuk menghabiskan waktu bersama keluarga dan juga tersedia wisata air yang dapat dinikmati , seperti sepeda air, bebek-bebekan, olahraga kano, memancing dan penyewaan sepeda bagi para pengunjung yang ingin berkeliling di sekeliling tepian Setu Babakan.
Wisata agro
Perkampungan Betwai memiliki 2 Setu yaitu Setubabakan dan setumanggabolong.



Yang menjadi daya tarik dan keunikan wisata agro diperkampungan budaya betawi adalah lokasi pertanian tidak berada khusus, melainkan berada dipekarangan dan dihalaman rumah- rumah penduduk. Sehingga bila musim buah tiba ranumnya aneka buah khas betawi dapat menggiurkan para wisatawan untuk singgah di rumah- rumah penduduk dan biasanya tuan rumah akan segera menyapa wisatawan dan bergegas memetik buah untuk diberikan kepada wisatawan sebagai tanda hormat. Wisata agro ini bertujuan untuk rekreasi, keperluan ilmu pengetahuan, memperkaya pengalaman, dan memberikan peluang usaha dibidang pertanian.


D. Kegiatan Observasi
        
a.   Pembukaan
 Pemberian sambutan- sambutan
b.  Penyerahan Plakat

E. Membuat Kembang Goyang

Terdapat berbagai macam jenis makanan atau cemilan yang khas dari Nusantara, namun yang akan dibuat kali ini adalah kue kembang goyang. Kue ini memang memiliki bentuk seperti bunga sehingga dinamakan kue kembang goyang karena dalam bahasa jawa, kembang berarti bunga dan kata goyang karena proses pembuatannya dengan cara digoyang- goyangkan. Dalam  Proses pembuatannya diarahkan oleh Mpok Uyun sebagai salah satu pengurus kebudayaan Betawi.


Bahan- bahan:
1. 1 butir telur ayam
2. Mentega
3. Gula pasir
4. Garam
5. Tepung terigu
6. santan kelapa( kara)
7. Air putih
8. minyak goreng
Alat- alat:
1. Wajan penggorengan
2. Kompor
3. cetakan berbentuk bunga
4. 2 sumpit panjang dari bilah bambu


Cara Membuat:
1.      Mencampurkan 1 butir telur ayam yang telah dikocok dengan gula pasir,mentega dan garam hingga tercampur rata
2.      Memasukkan tepung terigu secukupnya dilakukan Secara perlahan sambil diaduk rata.
3.      Menuangkan santan kelapa dan air putih kedalamnya sambil terus diaduk hingga adonan licin dan tercampur rata. Adonan tidak boleh terlalu kental ataupun terlalu cair.
4.      memanaskan minyak kedalam wajan dalam jumlah banyak
5.      mencelupkan cetakan berbentuk kembang goyang kedalam minyak yang telah dipanaskan untuk memanaskan cetakan
6.      kemudian setelah cetakan sudah panas, lalu mencelupkan cetakan kedalam adonan kue kembang goyang tetapi tidak sampai menutupi seluruh bagian permukaan cetakan dikarenakan adonan nantinya akan sulit dilepaskan.
7.      memasukan cetakan yang sudah berbalut adonan ke dalam minyak dengan cara digoyang-goyangkan hingga adonan terlepas
8.      menunggu hingga adonan berwarna kuning keemasan
9.      Mengangkat dan mentiriskan kue kembang goyang dengan 2 sumpit/ bilah bambu
10.  Kemudian kue kembang goyang siap disajikan dan disimpan dalam toples/ wadah yang kedap udara.






F.  Membuat Kerajinan Batik Tulis Betawi

            Pembuatan Batik Betawi terdiri dari dua cara, yaitu Batik Tulis dan Batik Cap. Perbedaanya terdapat pada media yang digunakan untuk membatik jika Batik tuliss. Semua proses dikerjakan dengan pemberian malam menggunakan alat canting Sedangkan pada Batik cap digunakan alat cap atau stempel yang telah terpola batik. Proses cap batik memakan waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan proses batik tulis, karena stempel tersebut diceupkan ke dalam lilin panas, kemudian ditekan atau dicapkan pada kain. sedangkan pada batik tulis pola tersebut harus dilukis titik demi titik dengan canting.
Alat- alat:
1. Canting tulis: untuk membatik di atas kain
                 Wajan
2.  Rak kompor: untuk tempat kompor
3.  wajan cap pada waktu membatik cap
4. Dingklik: untuk duduk pada waktu membatik tulis
5. Scrap: untuk membersihkan lilin yang menetes di lantai.
6. Kain untuk menutup bagian paha ketika membatik

 Bahan- bahan :

1. Kain

2. Lilin atau malam



Langkah langkah membatik:
1. Membuat motif yang ditulis denga pensil di atas kain
2. mencairkan malam dalam wajan ukuran kecil dengan api yang sedang.
3. Menorehkan malam menggunakan canting secara perlahan  dengan mengikuti motif yang telah di gambar pada kain
4. setelah kering lalu di celupkan ke dalam air yang telahdi beri pewarna kain.
5. Jika proses pewarnaan dan pemberian malam selesai maka dilunturkan dengan proses pemanasan/ perebusan kain.
6. Proses perebusan dilakukan dua kali yang terakhir diberikan larutan khusus untuk mematikan warna yang menempel pada batik dan menghindari kelunturan.
7. Setelah perebusan selesai, batik direndam air dingin dan dijemur.






G.  Membuat Ondel Ondel Mini
Dalam kunjungan kali ini kami mempraktikan secara langsung pembuatan miniature ondel- ondel berikut bahan dan langkah kerja.:

Bahan yang diperlukan:
1.      Shuttlecock (1buah)
2.      kain flanel atau perca warna merah dan hijau yang telah dipotong
3.      Pernak pernik (untuk mahkota dan mata imitasi)
4.      Lem fox
5.     Spidol merah dan hitam (untuk membuat alis mata, hidung, mulut, dan kumis).


Langkah kerja :
1. Melilitkan kain pada bagian bawah badan shuttlecock hingga bulu shuttlecock tertutup kemudian lem
2. Menempelkan potongan kain lainnya  untuk membuat kerah leher pada ondel-ondel dengan lem
3. Menempelkan potongan kain untuk membuat baju dan kedua tangan ondel- ondel.
4. Menempelkan hiasan kepala boneka dengan  menggunakan hiasan seperti mahkotadan pernak pernik mutiara yang ujungnya berbentuk seperti jarum.
5. Menempelkan mata imitasi pada wajah boneka
6. Membuat alis mata, hidung dengan spidol merah dan hitam
7. Langkah terakhir, agar terlihat rapi kemas ondel- indel dalam plastic bening seperti gambar dibawah ini
          
          



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
kesenian dan kebudayaan Suku Betawi merupakan kebudayaan asli kota Jakarta yang kini hampir terancam keberadaannya dari kehidupan masyarakat, hal ini disebabkan proses  perkembangan globalisasi yang semakin pesat dan berdampak terhadap kebudayaan dan karakteristik masyarakat disekitarnya. Setubabakan sebagai salah satu cagar budaya Betawi yang bertujuan untuk melestarikan kebudayaan Betawi, dan menjadi tempat potensi wisata budaya di tengah kota ibukota yang menjadi pusat perkembangan modernisasi, pusat pembauran sekaligus menjadi pusat perubahan, sehingga mendapat tantangan ekstra besar dalam pelestarian budaya betawi. Jika kita pelajari lebih mendalam mengenai karakteristik kebudayaan betawi, kekayaan budaya betawi tidak kalah dengan budaya luar dilihat dari berbagai aspek  seperti masayarakat, budaya, dan alam .

B.     SARAN

Sebaiknya Budaya Betawi harus dijaga dan dipelihara untuk memastikan bahwa eksistensi budaya Betawi masih dapat dipertahankan hingga sekarang dan dimasa yang akan datang melalui upaya dari pemerintah dan masyarakat.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar