Perkampungan budaya Betawi di Setu Babakan dibangun pada tahun 2000 berdasarkan SK Gubernur No. 92 Tahun 2000. Memiliki luas awal 195 hektar. Namun, berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2005 dilakukan perluasan hungga 289 hektar. Pada awalnya, orang Betawi telah mempunyai cagar budaya Betawi sekitar tahun 1972 pada saat pemerintahan Gubernur Ali Sadikin. Tempat tersebut adalah Condet, Jakarta Timur. Namun, seiring berjalannya waktu, Condet dipenuhi oleh pendatang dan bukan orang Betawi. Kebudayaan Betawi pun mulai terkikis pada jaman itu.
Akhirnya muncullah usulan dari tokh-toko Betawi yang tergabung dalam BAMUS Betawi (Badan Musyawarah Masyarakat Betawi) untuk mengembalikan cagar budaya tersebut. Diusulkan lima tempat yang akan dijadikan cagar budaya Betawi, antara lain: (1) Condet, Jakarta Timur ; (2) Rorotan, Jakarta Utara ; (3) Srengseng, Jakarta Barat ; (4) Kemayoran, Jakarta Pusat ; dan (5) Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Dengan memperhatikan tiga aspek, yaitu aspek masyarakat, aspek kultur budaya, dan aspek pendukung (alam) maka, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan lah yang ditetapkan sebagai pusat atau cagar budaya Betawi.
Dilihat dari faktor masyarakatnya, Srengseng Swah memiliki masyarakat yang mayoritas orang Betawi dengan perbandingan 60% Betawi dan 40% pendatang. Dari faktor kultur dan budayanya, di Srengseng Sawah maish terjaga kultur dan budayanya. Kebiasaan orang Betawi masih terlihat kental di daerah ini, mulai drai cara bicara, makanan yang dikonsumsi, upacara adat, dan kebiasaan lain di daerah ini tanpa harus dikondisikan untuk terlaksana. Dari faktor pendukung alamnya, Srengseng Sawah memiliki cuaca yang sejuk dengan dipenuhi pohon atau tanaman khas Betawi yang sudah jarang ada di empat daerah lain yang diajukan. Itulah sebabnya Srengseng Sawah, Jakarta Selatan dijadikan pusat atau cagar budaya Betawi. Selain itu, perkampungan budaya Betawi ini memiliki dua setu alami (walaupun telah mengalami perluasan), yaitu Setu Babakan dan Setu Mangga Bolong.
Ada dua tujuan utama pemerintah membangun perkampungan budaya Betawi di Setu Babakan ini, antara lain:
1. Melestarikan dan mengembangkan kebudayan Betawi secara fisik dan non fisik
Tujuan ini merupakan program yang berkesinambungan dan program jangka panjang pemerintah. Yang dilestarikan dan dikembangkan adalah kesenian, pakaian adat, tata graha (arsitektur rumah), tata busana, kuliner, dan cerita rakyat.
2. Meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar
Secara tidak langsung pemerintah membangun pekampungan budaya Betawi ini dengan maksud untuk mengangkat martabat masyarakat Betawi tidak hanya dalam bidang budaya, tetapi juga dalam bidang ekonomi.
Sedangkan fungsi pembangunan perkambungan budaya Betawi ini adalah sebahai: (1) sarana permukiman ; (2) sarana ibadah ; (3) sarana informasi ; (4) sarana pelestarian dan pengembangan ; (5) sarana penelitian ; dan (6) sarana pariwisata.
Perkampungan budaya Betawi di Setu Babakan ini juga memiliki tiga potensi wisata, antara lain: (1) budaya, yaitu diadakannya festival budaya Betawi setiap satu tahun sekali, seperti penampilan kesenian, pakaian adat, tata graha, tata busana, kuliner, cerita rakyat, prosesi adat ; (2) wisata air ; dan (3) wisata agro, yaitu zona khusus untuk penanaman tanaman khas Betawi.
B. Proses Pembuatan Kembang Goyang
Kembang goyang adalah salah satu makanan khas orang Betawi. Sesuai dengan namanya, makanan atau camilan ini berbentuk seperti kembang dengan cara pembuatannya di goyang. Camilan ini memiliki rasa manis dan gurih serta renyah. Bahan-bahan pembuatan kembang goyang, antara lain:
1. Tepung beras
2. Santan cair
3. Telur ayam
4. Gula pasir
5. Minyak goreng
5. Garam
7. Tepung sagu
8. Wijen Putih
Cara memnuat kembang goyang adalah:
1. Campurkan tepung beras, gula pasir, dan garam kemudian diaduk-aduk sampai rata.
2. Tuangkan telur dan santan sedikit demi sedikit, sambil diaduk sampai rata.
3. Panaskan minya, kemudian celupkan cetakan kembang goyang hingga panas.
4. Celupkan cetakan ke dalam adonan, goreng sambil digoyang-goyang, hingga telepas dari cetakan.
5. Gorang dengan api sedang hingga kembang goyang berwarna kecoklatan.
6. Angkat dan tiriskan
7. Setelah dingin, barulan disimpan ke wadah kedap udara.
C. Proses Pembuatan Batik Betawi
Batik betawi pada dasarnya memiliki proses pembuatan yang sama dengan batik lainnya, yang membedakan adalah corak batiknya. Pada batik Betawi, corak yang digunakan adalah corak khas betawi, seperti gambar ondel-ondel, monas, bunga-bunga betawi, atau bentuk-bentuk lain yang khas dengan betawi. Batik betawi memiliki dua model, yaitu model cap dan model tulis,. Pada model cap, proses pembuatannya lebih cepat karena tidak harus ditulis atau digambar saru persatu. Secara garis besar, pembuatan batik Betawi adalah:
1. Buatlah pola atau corak sesuai keinginan, biasanya pola atau corak digambar di kertas kalkir.
2. Jiplaklah pola atau corka ke kain putih yang akan dijadikan kain batik dengan menggunakan pensil. Pada batik cap, tahap ini adalah tahap mencetak atau membentuk cetakan batik di alat cetakan.
3. Setelah digambar pada kain, proses selanjutnya adalah mencanting pola atau corak yang telah digambar. Pada batik cap, tahap ini adalah tahap mencap batik pada kain dengan cap yang telah dibentuk polanya atau coraknya.
4. Celupkan kain batik yang telah dicanting atau dicap ke pewarna yang diinginkan.
5. Cucilah kain ke air panas, sehingga lilin akan luntur dan menyisakan corak yang nantinya akan diwarnai lagi dengan warna lain untuk mempercantik kain batik.
Batik yang diproduksi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan biasanya berupa kain batik dan belum berupa pakaian. Hasil produksi kain batik disimpan dalam galeri dan nantinya dijual untuk diproduksi menjadi pakaian.
D. Proses Pembuatan Ondel-Ondel
Ondel-ondel merupakan ciri khas betawi. Ondel-ondel biasa digunakan dalam beberapa acara kebudayaan Betawi yang menandakan acara tersebut merupakan acara orang Betawi. Ondel-ondel berukuran sangat besar dan biasanya diisi orang didalamnya untuk digerakkan. Pada kesempatan ini, kelas B PGSD Universitas Negeri Jakarta diajari membuat ondel-ondel kecil (miniatur ondel-ondel) yang khas menjadi oleh-oleh atau buah tangan orang Betawi. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat ondel-ondel kecil (miniatur ondel-ondel) adalah: (1) kok bulutangkis ; (2) enam buah kain dengan warna berbeda dan telah digunting berpola untuk dijadikan baju, tangan, rambut, dan hiasan rambut ; (3) spidol ; (4) lem fox ; (5) kertas bertuliskan ondel-ondel ; (6) gunting ; (7) pensil ; (8) jarum ; (9) manik-manik/payet ; (10) jarum pentul ; dan (11) mata-mataan.
Proses pembuatan miniatur ondel-ondel yaitu: (1) gntinglah pola kain untuk baju, tangan, rambut, dan hiasan kepala ondel-ondel ; (2) Tempellah pola pada kok bulutangkis ; (3 bentuklah atau gambarlah mulut untuk ondel-ondel dan tempellah mata-mataan untuk ondel-ondel ; (4) tancapkan jarum untuk hiasan kepala ondel-ondel ; dan (5) masukkan ondel-ondel ke dalam plastik untuk mengemas setelah sebelumnya ditempel tulisan ondel-ondel pada bagian depan ondel-ondel. Ondel-ondel siap untuk dijadikan cinderamata khas betawi atau untuk hiasan di meja atau ditempat yang diinginkan.
Oleh:
Naomi Nathania
Kelas B PGSD FIP Universitas Negeri Jakarta
1815150977
Tidak ada komentar:
Posting Komentar