LAPORAN
HASIL
KUNJUNGAN OBSERVASI
PERKAMPUNGAN
BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN
Diajukan
untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Konsep
Dasar IPS
Dosen
Pengampu:
Dr.
Ajat Sudrajat, M.Pd
Disusun
Oleh:
Imanuella
Bridgieta
1815150926
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar
Fakultas
Ilmu Pendidikan
Universitas
Negeri Jakarta
Tahun
2015
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya ucapkan Puji dan
Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya saya diberi
kesempataan untuk melakukan observasi di Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan dan diberi kelancaran dalam menyelesaikan laporan observasi dengan
tepat waktu.
Penulis Mengucapkan banyak terima
kasih kepada Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd sebagai dosen yang telah memberikan
arahan dalam membuat laporan observasi ini, Bang Roni selaku guid dan pengarah
selama kegiatan observasi, pihak pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan, Abang dan Mpok pembimbing dalam setiap kegiatan, dan juga tidak lupa
kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam proses observasi hingga penulisan laporan observasi ini.
Penulis sadar laporan observasi ini
masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat diterima
penulis agar dapat menjadi bahan evaluasi untuk menyusun laporan dan makalah
yang lebih baik lagi pada tugas-tugas berikutnya. Demikianlah laporan hasil
observasi yang saya susun. Aoabila ada penulisan kata-kata yang ssalah ataupun
kurang berkenan, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Tangerang
Selatan. 19 Desember 2015
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara
merupakan salah satu pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya dari
berbagai penjuru dunia. Pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk serta
terbatasnya lahan di Jakarta, menyebabkan beban tugas di sektor kebudayaan
menjadi sangat kompleks dan dikhawatirkan cepat atau lambat akan menghilangkan
adat istiadat tradisional dan budaya warganya terutama budaya Betawi sebagai
budaya asli Jakarta. Arus urbanisasi membawa suku dan budaya lain masuk ke
Jakarta dan menyebabkan pudarnya budaya Betawi. Keberadaan budaya Betawi di
tengah-tengah berbagai macam kultur, agama dan adat istiadat hendaknya dapat
memberikan suatu manfaat atau nilai positif
untuk berkembangnya budaya Betawi mengikuti perkembangan zaman yang ada.
Dengan didirikannya Perkampungan Buday
betawi Setu Babakan, adat istiadat dan budaya asli Betawi dapat terus
di;estarikan dan dilindungi. Buday betawi meliputi seluruh hasil gagasan dan
karya baik fisik maupun non fisik seperti sastra, kesenian, folklor, pakaian
serta arsitektur yang bercirikan kebetawian.
Pada Kesempatakan kali ini, penulis
berkesempatan untuk melakukan observasi di Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan dengan mengikuti berbagai kegiatan. Sebagai calon guru yang memiliki
peran penting dalam melestarikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal,
kegiatan observasi ini memberi wawasan serta pengalaman baru bagi penulis dalam
mempelajari budaya asli Indonesia terutama budaya Betawi.
B.
TUJUAN
Tujuan
yang ingin dicapai dalam observasi ini adalah:
1.
Untuk
mengenal dan mempelajari budaya Betawi.
2.
Untuk
menambah wawasan mengenai budaya Betawi.
3.
Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial
C.
MANFAAT
Adapun manfaat dari kegiatan
observasi ini antara lain:
1.
Memperluas
wawasan mengenai budaya Betawi.
2.
Menambah
pengalaman baru.
3.
Budaya
Betawi dapat terus dilesarikan, diteruskan dan dijaga oleh generasi-generasi
penerus.
D.
TEMPAT
DAN WAKTU
1.
Tempat : Perkempungan Budaya Betawi
Jl.
Mochammad Kahfi II Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan
Jagakarsa, Jakarta Selatan
2.
Waktu : Kamis, 17 Desember 2015
BAB II
HASIL
OBSERVASI
A.
SEJARAH
Pada awalnya Gubernur DKI Jakarta pada
ragyb 1975 mendirikan cagar budaya Betawi di daerah Condet. Cagar Budaya Condet
adalah suatu tempat dimana bisa ditemukan kehidupan yang masih bernuansa
Betawi. Namun seiring dengan perkembangannya, Cagar Buday Condet telah diangap
gagal. Penyebab kegagalan tersebut antara lain adalah urbanisasi dan
modernisasi yang mengakibatkan terjadinya perubahan pola pemanfaatan tanah dari
pertanian menjadi urban itulity serta juga mengakibatkan perubahan sosial.
Walaupun Cagar Budaya Condt telah dianggap
gagal, Pemda DKI beserta tokoh-tokoh Berawi tetap menganggap diperlukannya
tempat untuk pelestarian dan pengembangan budaya Betawi dan tempat dimana
gambaran budaya Betawi secara umum dapat disajikan secara lengkap. Sehubungan
dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan membuat
kebijakan pariwisaa budaya, yaitu membuat Perkampungan Buday betawi berdasarkan
Keputusan Gubernir Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000
tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng
Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Srengseng Sawah dipilih sebagai
Perkampungan Budaya Betawi karena mayoritas masyarakat dan komunitas asli
Betawi masih bertahan dan bertempat tinggal di situ. Selain itu, Srengseng Sawah
juga memiliki lingkungan yang masih alami dan nuansa yang asri.
Tujuan penetapan Perkampungan Budaya
Betawi adalah unuk membina dan melindungi secara sungguh-sungguh dan terus
menerus tata kehidupan serta nilai-nilai budaya Betawi, menciptakan dan menumbuhkembangkan
nilai-nilai seni budaya Betawi sesuai dengan akar budayanya, menata dan
memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang bernuansa
Betawi, dan mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan non-fisik sehingga
saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi seperti yang telah
tercantum pada BAB III Pasal 4 Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2005.
Selain itu menurut narasumber, ada dua tujuan khusus dibangunnya Perkampungan
Budaya Betawi, yaitu selain untuk melestarikan budaya Betawi, dibangunnya
Perkampungan Budaya Betawi juga bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat
serta perekonomian masyarakat Betawi.
Berdasarkan
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005, fungsi Perkampungan Budaya Betawi adalah
sebagai sarana ibadah, sarana pemukiman, sarana informasi, sarana pelestarian
dan pengembangan, sarana penelitian dan sarana pariwisata. Sebagai sarana
pariwisata ada tiga obyek wisata yang dapat dinikmati pengunjung atau wisatawan
yaitu, wisata budaya, wisata air, dan wisata agro.
B.
POTENSI
WISATA
Sebagai sarana pariwisata,
wisatawan dapat menkmati tiga obyek wisata yaitu wisata budaya, wisata air, dan
wisata agro. Perkampungan Budaya Betawi juga menyediakan 67 unit Homestay rumah adat untuk kunjungan yang
memerlukan waktu lama seperti penelitian dan pelatihan kesenian.
1.
Wisata
Budaya
Wisata
budaya adalah suatu kegiatan sebagai upaya menumbuhkan kembali nilai-nilai
tradisional yang dikemas sehingga layak untuk ditampilkan, ditonton dan dijual.
Wisata budaya yang dapat dinikmati langsung adalah pegelaran seni musik, seni
tari, teater tradisional, serta pelatihannya bagi anak-anak dan remaja. Selain
itu, pengunjung juga dapat melihat prosesi budaya Betawi (seperti upacara
pernikahan, sunatan, Qatham Qur’an, Aqiqah, Tujuh Bulanan, Injak Tanah dan
Ngaderes), latihan silat Betawi setiap malam Jumat, aktifitas sehari-hari
masyarakat betawi dan selain melihat pengunjung juga dapat sekaligus merasakan
proses pembuatan hasil-hasil industri rumah tangga Betawi seperti Bir Pletok,
Gado-Gado, Tape Uli, Kerak Telur, dan lain-lain.
2.
Wisata
Air
Wisata
air adalah upaya meningkatkan daya tarik wisata dari aspek olah raga air yang
mampu menarik wisatawan. Ada dua buah setu yang dimiliki Perkampungan Buday
Betawi yaitu, Setu Babakan dan Setu mangga Bolong. Wisata air yang dapat
dinikmati saat ini adalah sepeda air, olahraga kano, bebek-bebekan dan
memancing.
3.
Wisata
Agro
Wisata
agro adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha pertanian
sebagai obyek wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan ilmu pengetahuan,
memperkaya pengalaman dan memberian peluang usaha di bidang pertanian. Yang
menjadi daya tarik dan keunikan wisata agro di Perkampungan Budaya Betawi
adalah lokasi pertaniannya tidak berada di tempat khusus melainkan berada di
pekarangan dan di halaman rumah-rumah penduduk, sehingga bila musim buah tiba,
harumnya aneka buah-buahan khas Betawi dapat menarik para pengunjung untuk
singgah di rumah-rumah penduduk. Biasanya apabila ada pengunjung yang singgah,
tuan rumah akan dengan senang hati menyambut dan memberikan buah kepada
pengunjung sebagai tanda hormat.
C.
RANGKAIAN
KEGIATAN
1.
Sambutan
dan Informasi Secara Umum
Kegiatan
pertama diawali dengan sambutan dari pihak pengelola Perkampungan Budaya
Betawi, Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd dan ketua pelaksana. Setelah itu, kami
diberi informasi secara umum mengena Perkampungan Budaya Betawi seperti
sejarahnya, tujuan, fungsi, dan potensi-potensi wisata yang ada.
2.
Membuat
Kembang Goyang
Kue Kembang Goyang adalah kue
kering khas Betawi yang merupakan salah satu kue tradisional yang masih banyak
digemari oleh masyarakat. Nama kue kering Kembang Goyang diambil dari bentuknya
yang menyrupai bunga dan proses penggorengannya yang digoyang-goyang hingga
adonan terlepas dari cetakan. Proses pembuatan kembang goyang tidak terlalu
rumit dan hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat. Berikut resep pembuatan
kue Kembang Goyang.
a) Bahan-Bahan:
·
150
gram tepung beras
·
50
gram tepung sagu
·
1
Santan kemasan Kara / 250ml santan
·
1
butir telur
·
½
sendok teh garam
·
50
gram gula pasir
·
minyak
secukupnya
b)
Peralatan:
·
Whisk / pengocok adonan
·
Kompor
·
Penggorengan
·
Cetakan
kembang goyang
·
Sumpit
/ lidi tebal
c) Cara Membuat
1)
Kocok
telur dan gula pasir hingga mengembang, lalu masukkan tepung beras dan tepung
sagu, santan dan garam lalu aduk-aduk hingga larut.
2)
Panaskan
minyak lalu celupkan cetakan kembang goyang kedalam penggorengan.
3)
Setelah
cetakan panas, masukan cetakan kembang goyang ke adonan dan pastikan cetakan
jangan sampai tenggelam.
4)
Masukan
cetakan yang sudah dicelupkan ke adonan ke dalam penggorengan dengan minyak
yang panas.
5)
Goyang-goyangkan
cetakan sampai adonan terlepas, lalu masak hingga bewarna kuning kecoklatan,
kemudian angkat dengan sebatang sumpir atau lidi tebal dan tiriskan.
6)
Ulangi
langkah-langkah diatas hingga adonan habis.
3.
Membuat
Batik Khas Betawi
Batik Betawi memiliki ciri khas
tersendiri yang membuat batik Betawi berbeda dengan batik dari daerah lain.
Baik Betawi menggunakan pola atau desain dari ikon kota Jakarta seperti
Ondel-Ondel dan Monas. Selain itu, batik yang dibuat di Perkampungan Budaya
Betawi ini kebanyakan menggunakan bahan-bahan pewarna alami yang terbuat dari
serutan kayu secang, dan lain-lain. Namun, beberapa diantaranya masih
menggunakan pewarna tekstil. Ada dua macam batik yang dibuat di Perkampungan
Budaya Betawi, yaitu:
a.
Batik
tulis
Batik tulis masih menggunakan
metode lama yaitu dengan menggunakan canting dan malam yang sudah dipanaskan.
Proses pembuatan batik tulis relatif lebih lama dan harga jualnya lebih mahal.
Pada saat observasi saya berkesempatan untuk membuat batik tulis sederhana di
atas sehelai kain nori.
Tempat Pembuatan Batik Tulis |
Salah Satu Motif Batik Tulis Khas Betawi |
Proses Pembuatan Batik |
Proses Pembuatan Batik Tulis |
b.
Batik
Cap
Batik cap menggunakan cap atau
cetakan yang terbuat dari tembaga yang dibentuk seuai desain atau pola dan
kemudian dibakar. Proses pembuatannya relatif lebih singkat dan harga jualnya
lebih murah.
Tempat Pengukuran dan Pengecapan Batik Cap |
Cap/Cetakan Batik Cap dari Tembaga |
Tempat Pembuatan Cap dari Tembaga Sesuai Pola |
Cap/Cetakan Batik Cap dari Tembaga |
Galeri Batik Betawi |
4.
Membuat
Miniatur Ondel-Ondel
Ondel-Ondel merupakan hasil dari
kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai kurang lebih
2.5m. Boneka ini terbuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari
dalam oleh orang yang membawanya. Awal mulaya, Ondel-Ondel berfungsi sebagai
penolak bala dari gangguan roh halus yang mengganggu pada acara-acara tertentu.
Namun sekarang, Ondel-Ondel juga menjadi pertunjukkan serra untuk menyambut
tamu ataupun meramaikan acara. Ondel-Ondel dapat diiringi oleh tanjidor, pencak
Betawi, Bende, Kimos, dan Rebana Ketimpring. Pada kegiatan observasi, saya
berkesempatan untuk membuat miniatur ondel-ondel dari shuttle cock dan kain
perca yang sudah digunting seusai pola.
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat miniatur Ondel-Ondel |
Miniatur Ondel-Ondel yang sudah dikemas dalam plastik |
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari
uraian hasil laporan observasi yang sudah penulis lakukan di Perkampungan
Budaya Betawi, dapat penulis tarik kesimpulan bahwa dengan didirikannya
Perkampungan Budaya Betawi, nilai-nilai budaya Betawi dapat terus dilestarikan
dan dijaga agar tidak pudar dan hilang terbawa arus globalisasi, modernisasi
dan urbanisasi.
Perkampungan
Budaya Betawa juga dapat menjadi sarana edukasi sekaligus pelestarian budaya
dan pariwisata terutama bagi generas-generasi penerus bangsa agar dapat selalu
mengingat, mengenal serta mencintai budaya asli bangsanya sendiri.
B.
SARAN
1.
Untuk
Pengelolan Perkampungan Budaya Betawi
Pengelolaan Perkampungan Budaya
Betawi sudah cukup baik dan bagus, namun akan lebih baik apabila lingkungan
yang sangat asri di Perkampungan Budaya Betawi lebih dijaga kebersihannya.
Selain itu, perlu ditambahkan dan dikembangkan lagi kegiatan-kegiatan yang
menarik dan inovatif. Promosi kepada sekolah-sekolah, guru-guru serta orangtua
dan media sosial juga diperlukan agar semakin banyak orang yang tertarik untuk
datang dan memilih Perkampungan Setu Babakan sebagai sarana edukasi dan
pariwisata.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar