Minggu, 27 Desember 2015

IMANUELLA BRIDGIETA 1815150926


LAPORAN
HASIL KUNJUNGAN OBSERVASI
PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas
Konsep Dasar IPS

Dosen Pengampu:
Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd 



Disusun Oleh:
Imanuella Bridgieta
1815150926

Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
Tahun 2015







KATA PENGANTAR


            Pertama-tama saya ucapkan Puji dan Syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatnya saya diberi kesempataan untuk melakukan observasi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dan diberi kelancaran dalam menyelesaikan laporan observasi dengan tepat waktu.
            Penulis Mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd sebagai dosen yang telah memberikan arahan dalam membuat laporan observasi ini, Bang Roni selaku guid dan pengarah selama kegiatan observasi, pihak pengelola Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Abang dan Mpok pembimbing dalam setiap kegiatan, dan juga tidak lupa kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu dalam proses observasi hingga penulisan laporan observasi ini.
            Penulis sadar laporan observasi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran sangat diterima penulis agar dapat menjadi bahan evaluasi untuk menyusun laporan dan makalah yang lebih baik lagi pada tugas-tugas berikutnya. Demikianlah laporan hasil observasi yang saya susun. Aoabila ada penulisan kata-kata yang ssalah ataupun kurang berkenan, saya mohon maaf sebesar-besarnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.



Tangerang Selatan. 19 Desember 2015




   Penulis  
 






BAB I
PENDAHULUAN


A. LATAR BELAKANG
Kota Jakarta sebagai Ibukota Negara merupakan salah satu pintu gerbang keluar masuknya nilai-nilai budaya dari berbagai penjuru dunia. Pesatnya pembangunan dan pertumbuhan penduduk serta terbatasnya lahan di Jakarta, menyebabkan beban tugas di sektor kebudayaan menjadi sangat kompleks dan dikhawatirkan cepat atau lambat akan menghilangkan adat istiadat tradisional dan budaya warganya terutama budaya Betawi sebagai budaya asli Jakarta. Arus urbanisasi membawa suku dan budaya lain masuk ke Jakarta dan menyebabkan pudarnya budaya Betawi. Keberadaan budaya Betawi di tengah-tengah berbagai macam kultur, agama dan adat istiadat hendaknya dapat memberikan suatu manfaat atau nilai positif  untuk berkembangnya budaya Betawi mengikuti perkembangan zaman yang ada.
Dengan didirikannya Perkampungan Buday betawi Setu Babakan, adat istiadat dan budaya asli Betawi dapat terus di;estarikan dan dilindungi. Buday betawi meliputi seluruh hasil gagasan dan karya baik fisik maupun non fisik seperti sastra, kesenian, folklor, pakaian serta arsitektur yang bercirikan kebetawian.
Pada Kesempatakan kali ini, penulis berkesempatan untuk melakukan observasi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dengan mengikuti berbagai kegiatan. Sebagai calon guru yang memiliki peran penting dalam melestarikan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, kegiatan observasi ini memberi wawasan serta pengalaman baru bagi penulis dalam mempelajari budaya asli Indonesia terutama budaya Betawi.

B.    TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam observasi ini adalah:
1.     Untuk mengenal dan mempelajari budaya Betawi.
2.     Untuk menambah wawasan mengenai budaya Betawi.
3.     Untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial

C.    MANFAAT
Adapun manfaat dari kegiatan observasi ini antara lain:
1.     Memperluas wawasan mengenai budaya Betawi.
2.     Menambah pengalaman baru.
3.     Budaya Betawi dapat terus dilesarikan, diteruskan dan dijaga oleh generasi-generasi penerus.

D.   TEMPAT DAN WAKTU
1.     Tempat : Perkempungan Budaya Betawi
Jl. Mochammad Kahfi II Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan
2.     Waktu : Kamis, 17 Desember 2015







BAB II
HASIL OBSERVASI

A.   SEJARAH
Pada awalnya Gubernur DKI Jakarta pada ragyb 1975 mendirikan cagar budaya Betawi di daerah Condet. Cagar Budaya Condet adalah suatu tempat dimana bisa ditemukan kehidupan yang masih bernuansa Betawi. Namun seiring dengan perkembangannya, Cagar Buday Condet telah diangap gagal. Penyebab kegagalan tersebut antara lain adalah urbanisasi dan modernisasi yang mengakibatkan terjadinya perubahan pola pemanfaatan tanah dari pertanian menjadi urban itulity serta juga mengakibatkan perubahan sosial.
Walaupun Cagar Budaya Condt telah dianggap gagal, Pemda DKI beserta tokoh-tokoh Berawi tetap menganggap diperlukannya tempat untuk pelestarian dan pengembangan budaya Betawi dan tempat dimana gambaran budaya Betawi secara umum dapat disajikan secara lengkap. Sehubungan dengan hal tersebut, Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan membuat kebijakan pariwisaa budaya, yaitu membuat Perkampungan Buday betawi berdasarkan Keputusan Gubernir Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 92 Tahun 2000 tentang Penataan Lingkungan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Srengseng Sawah dipilih sebagai Perkampungan Budaya Betawi karena mayoritas masyarakat dan komunitas asli Betawi masih bertahan dan bertempat tinggal di situ. Selain itu, Srengseng Sawah juga memiliki lingkungan yang masih alami dan nuansa yang asri.
Tujuan penetapan Perkampungan Budaya Betawi adalah unuk membina dan melindungi secara sungguh-sungguh dan terus menerus tata kehidupan serta nilai-nilai budaya Betawi, menciptakan dan menumbuhkembangkan nilai-nilai seni budaya Betawi sesuai dengan akar budayanya, menata dan memanfaatkan potensi lingkungan fisik baik alami maupun buatan yang bernuansa Betawi, dan mengendalikan pemanfaatan lingkungan fisik dan non-fisik sehingga saling bersinergi untuk mempertahankan ciri khas Betawi seperti yang telah tercantum pada BAB III Pasal 4 Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2005. Selain itu menurut narasumber, ada dua tujuan khusus dibangunnya Perkampungan Budaya Betawi, yaitu selain untuk melestarikan budaya Betawi, dibangunnya Perkampungan Budaya Betawi juga bertujuan untuk mengangkat harkat dan martabat serta perekonomian masyarakat Betawi.
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2005, fungsi Perkampungan Budaya Betawi adalah sebagai sarana ibadah, sarana pemukiman, sarana informasi, sarana pelestarian dan pengembangan, sarana penelitian dan sarana pariwisata. Sebagai sarana pariwisata ada tiga obyek wisata yang dapat dinikmati pengunjung atau wisatawan yaitu, wisata budaya, wisata air, dan wisata agro.

B.    POTENSI WISATA
Sebagai sarana pariwisata, wisatawan dapat menkmati tiga obyek wisata yaitu wisata budaya, wisata air, dan wisata agro. Perkampungan Budaya Betawi juga menyediakan 67 unit Homestay rumah adat untuk kunjungan yang memerlukan waktu lama seperti penelitian dan pelatihan kesenian.

1.     Wisata Budaya
Wisata budaya adalah suatu kegiatan sebagai upaya menumbuhkan kembali nilai-nilai tradisional yang dikemas sehingga layak untuk ditampilkan, ditonton dan dijual. Wisata budaya yang dapat dinikmati langsung adalah pegelaran seni musik, seni tari, teater tradisional, serta pelatihannya bagi anak-anak dan remaja. Selain itu, pengunjung juga dapat melihat prosesi budaya Betawi (seperti upacara pernikahan, sunatan, Qatham Qur’an, Aqiqah, Tujuh Bulanan, Injak Tanah dan Ngaderes), latihan silat Betawi setiap malam Jumat, aktifitas sehari-hari masyarakat betawi dan selain melihat pengunjung juga dapat sekaligus merasakan proses pembuatan hasil-hasil industri rumah tangga Betawi seperti Bir Pletok, Gado-Gado, Tape Uli, Kerak Telur, dan lain-lain.


2.     Wisata Air
Wisata air adalah upaya meningkatkan daya tarik wisata dari aspek olah raga air yang mampu menarik wisatawan. Ada dua buah setu yang dimiliki Perkampungan Buday Betawi yaitu, Setu Babakan dan Setu mangga Bolong. Wisata air yang dapat dinikmati saat ini adalah sepeda air, olahraga kano, bebek-bebekan dan memancing.

3.     Wisata Agro
Wisata agro adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha pertanian sebagai obyek wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan ilmu pengetahuan, memperkaya pengalaman dan memberian peluang usaha di bidang pertanian. Yang menjadi daya tarik dan keunikan wisata agro di Perkampungan Budaya Betawi adalah lokasi pertaniannya tidak berada di tempat khusus melainkan berada di pekarangan dan di halaman rumah-rumah penduduk, sehingga bila musim buah tiba, harumnya aneka buah-buahan khas Betawi dapat menarik para pengunjung untuk singgah di rumah-rumah penduduk. Biasanya apabila ada pengunjung yang singgah, tuan rumah akan dengan senang hati menyambut dan memberikan buah kepada pengunjung sebagai tanda hormat.

C.    RANGKAIAN KEGIATAN
1.   Sambutan dan Informasi Secara Umum
Kegiatan pertama diawali dengan sambutan dari pihak pengelola Perkampungan Budaya Betawi, Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd dan ketua pelaksana. Setelah itu, kami diberi informasi secara umum mengena Perkampungan Budaya Betawi seperti sejarahnya, tujuan, fungsi, dan potensi-potensi wisata yang ada. 

2.   Membuat Kembang Goyang
Kue Kembang Goyang adalah kue kering khas Betawi yang merupakan salah satu kue tradisional yang masih banyak digemari oleh masyarakat. Nama kue kering Kembang Goyang diambil dari bentuknya yang menyrupai bunga dan proses penggorengannya yang digoyang-goyang hingga adonan terlepas dari cetakan. Proses pembuatan kembang goyang tidak terlalu rumit dan hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat. Berikut resep pembuatan kue Kembang Goyang.
a) Bahan-Bahan:
·      150 gram tepung beras
·      50 gram tepung sagu
·      1 Santan kemasan Kara / 250ml santan
·      1 butir telur
·      ½ sendok teh garam
·      50 gram gula pasir
·      minyak secukupnya

b) Peralatan:
·      Whisk / pengocok adonan
·      Kompor
·      Penggorengan
·      Cetakan kembang goyang
·      Sumpit / lidi tebal

c) Cara Membuat
1)    Kocok telur dan gula pasir hingga mengembang, lalu masukkan tepung beras dan tepung sagu, santan dan garam lalu aduk-aduk hingga larut.
2)    Panaskan minyak lalu celupkan cetakan kembang goyang kedalam penggorengan.
3)    Setelah cetakan panas, masukan cetakan kembang goyang ke adonan dan pastikan cetakan jangan sampai tenggelam.
4)    Masukan cetakan yang sudah dicelupkan ke adonan ke dalam penggorengan dengan minyak yang panas.
5)    Goyang-goyangkan cetakan sampai adonan terlepas, lalu masak hingga bewarna kuning kecoklatan, kemudian angkat dengan sebatang sumpir atau lidi tebal dan tiriskan.
6)    Ulangi langkah-langkah diatas hingga adonan habis.









3.   Membuat Batik Khas Betawi
Batik Betawi memiliki ciri khas tersendiri yang membuat batik Betawi berbeda dengan batik dari daerah lain. Baik Betawi menggunakan pola atau desain dari ikon kota Jakarta seperti Ondel-Ondel dan Monas. Selain itu, batik yang dibuat di Perkampungan Budaya Betawi ini kebanyakan menggunakan bahan-bahan pewarna alami yang terbuat dari serutan kayu secang, dan lain-lain. Namun, beberapa diantaranya masih menggunakan pewarna tekstil. Ada dua macam batik yang dibuat di Perkampungan Budaya Betawi, yaitu:
a.     Batik tulis
Batik tulis masih menggunakan metode lama yaitu dengan menggunakan canting dan malam yang sudah dipanaskan. Proses pembuatan batik tulis relatif lebih lama dan harga jualnya lebih mahal. Pada saat observasi saya berkesempatan untuk membuat batik tulis sederhana di atas sehelai kain nori.
Tempat Pembuatan Batik Tulis 


Salah Satu Motif Batik Tulis Khas Betawi 

Proses Pembuatan Batik 

Proses Pembuatan Batik Tulis 

b.     Batik Cap
Batik cap menggunakan cap atau cetakan yang terbuat dari tembaga yang dibentuk seuai desain atau pola dan kemudian dibakar. Proses pembuatannya relatif lebih singkat dan harga jualnya lebih murah.
Tempat Pengukuran dan Pengecapan Batik Cap

Cap/Cetakan Batik Cap dari Tembaga 

Tempat Pembuatan Cap dari Tembaga Sesuai Pola 

Cap/Cetakan Batik Cap dari Tembaga 
Galeri Batik Betawi 



4.     Membuat Miniatur Ondel-Ondel
Ondel-Ondel merupakan hasil dari kebudayaan Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai kurang lebih 2.5m. Boneka ini terbuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam oleh orang yang membawanya. Awal mulaya, Ondel-Ondel berfungsi sebagai penolak bala dari gangguan roh halus yang mengganggu pada acara-acara tertentu. Namun sekarang, Ondel-Ondel juga menjadi pertunjukkan serra untuk menyambut tamu ataupun meramaikan acara. Ondel-Ondel dapat diiringi oleh tanjidor, pencak Betawi, Bende, Kimos, dan Rebana Ketimpring. Pada kegiatan observasi, saya berkesempatan untuk membuat miniatur ondel-ondel dari shuttle cock dan kain perca yang sudah digunting seusai pola.
 
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam membuat miniatur Ondel-Ondel 
Miniatur Ondel-Ondel yang sudah dikemas dalam plastik 





BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Dari uraian hasil laporan observasi yang sudah penulis lakukan di Perkampungan Budaya Betawi, dapat penulis tarik kesimpulan bahwa dengan didirikannya Perkampungan Budaya Betawi, nilai-nilai budaya Betawi dapat terus dilestarikan dan dijaga agar tidak pudar dan hilang terbawa arus globalisasi, modernisasi dan urbanisasi.
Perkampungan Budaya Betawa juga dapat menjadi sarana edukasi sekaligus pelestarian budaya dan pariwisata terutama bagi generas-generasi penerus bangsa agar dapat selalu mengingat, mengenal serta mencintai budaya asli bangsanya sendiri.

B.    SARAN
1.     Untuk Pengelolan Perkampungan Budaya Betawi
Pengelolaan Perkampungan Budaya Betawi sudah cukup baik dan bagus, namun akan lebih baik apabila lingkungan yang sangat asri di Perkampungan Budaya Betawi lebih dijaga kebersihannya. Selain itu, perlu ditambahkan dan dikembangkan lagi kegiatan-kegiatan yang menarik dan inovatif. Promosi kepada sekolah-sekolah, guru-guru serta orangtua dan media sosial juga diperlukan agar semakin banyak orang yang tertarik untuk datang dan memilih Perkampungan Setu Babakan sebagai sarana edukasi dan pariwisata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar