Sabtu, 26 Desember 2015

NUR ALIYAH 1815151060





LAPORAN
HASIL KUNJUNGAN OBSERVASI
PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI
SETU BABAKAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS
Dosen Pengampu :

 Drs. Ajat Sudrajat M.Pd.


Oleh :
Nur Aliyah
1815151060

Kelas B
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
Tahun 2015


KATA PENGANTAR


Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan, rahmat, hidayah serta inayah-Nya kepada kita terutama kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan makalah yang berjudul laporan hasil kunjungan observasi perkampungan budaya betawi setu babakan ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad  SAW. Yang selalu menjadi suri tauladan kita dalam berbagai aspek kehidupan. Semoga kita senantiasa bisa mencontohnya.
            Penulis menyadari, laporan ini tidak akan tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Drs. Ajat Sudrajat, M.Pd selaku dosen pembimbing dan dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS yang telah menugaskan observasi ini kepada penulis.
2.      Bang Jahruddin selaku pengelola perkampungan budaya betawistu babakan.
3.      Bang Roni selaku pemandu wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang memberikan Informasi seputar Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
4.      Orang tua penulis yang telah memberikan dukungan besar baik berupa material maupun spiritual. 
5.      Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan do’a restu yang berhubungan dengan kegiatan kunjungan observasi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial mengenai pembelajaran konstektual kajian ilmu Antropologi. Selain itu, untuk menunjang dan memberikan wawasan tentang perkampungan budaya betawi Setu Babakan. Harapan selanjutnya, semoga laporan ini, dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
            Akhir kata, laporan ini jauh dari kesempurnaan, tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang membangun demi perbaikan pembuatan laporan ini.

Jakarta, Desember 2015


Penulis

DAFTAR ISI


Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii

BAB I  PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.  Tujuan Kunjungan ..................................................................................... 3
C.  Tujuan Laporan ........................................................................................ 3
D.  Manfaat Kunjungan .................................................................................. 3
E.   Pelaksanaan Kunjungan ............................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN
A.  Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ........................................... 4
B.  Proses Observasi Budaya Betawi Setu Babakan........................................ 5

BAB III PENUTUP
           A. Kesimpulan .............................................................................................. 33
           B. Saran ....................................................................................................... 34
Daftar Pustaka  ................................................................................................ 35
Lampiran  ......................................................................................................... 35




BAB I

PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG

Ilmu Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain sebagainya. Untuk memperdalam ilmu ini, maka alangkah baiknya jika terjun langsung ke dalam masyarakat. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah dengan mengunjungi situs budaya yang berada di lingkungan sekitar.
Di kota metropolitan seperti Jakarta, rasanya cukup sulit untuk menemukan tempat yang masih terasa kental sekali akan budayanya. Hiruk pikuk kota Jakarta serta banyaknya pendatang yang menetap di kota Jakarta seakan membuat budaya kota Jakarta sendiri tergeser dengan adanya hal-hal baru, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun, ada suatu perkampungan yang sudah dirancang khusus untuk melestarikan budaya kota Jakarta, yaitu Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini terletak di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Suasana khas pedesaan masih bisa dirasakan di kawasan ini, karena lingkungannya yang masih alami banyaknya pohon-pohon yang rindang serta tata grahanya yang masih tradisional. Selain itu mayoritas penduduk di perkampungan ini merupakan suku asli betawi, maka dapat disaksikan secara langsung bagaimana daur hidup masyarakat betawi disini.
Tidak hanya wisata budaya namun juga ada wisata kuliner serta wisata air. Banyak kuliner-kuliner khas betawi yang dijajakan di Perkampungan ini mulai dari makanannya seperti ketoprak, ketupat nyiksa, kerak telor, ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, soto mie, roti buaya, nasi uduk, kue apem, toge goreng, dan tahu gejrot, serta jangan lupa dengan minuman khasnya yaitu bir pletok.

B.                 TUJUAN KUNJUNGAN

Tujuan dari dilakukannya observasi tentang Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang bertempat di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan yaitu:
1.     Untuk mengetahui daur hidup masyarakat betawi.
2.     Untuk mengali informasi lebih dalam mengenai budaya betawi.
3.     Untuk melihat secara langsung bagaimana interaksi masyarakat betawi.
4.     Untuk mengetahui daya tarik Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.

C.                TUJUAN LAPORAN

Laporan ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS pada kajian ilmu Antropologi, yang mana laporan ini digunakan sebagai dokumentasi hasil kunjungan yang dilakukan. Tujuan lainnya adalah memberikan informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan kepada pembaca.

D.                MANFAAT KUNJUNGAN

Melalui kunjungan ini, diharapkan mahasiswa dapat mengambil manfaat dalam kesempatan kunjungan ke Kebudayaan Betawi Situ Babakan yaitu siswa dapat mengetahui lebih Keanekaragaman kebudayaan Betawi dan penduduk asli Betawi di kehidupan sehari-hari, mengetahui budaya betawi yang merupakan budaya khas dari Ibukota Negara Indonesia, yaitu kota Jakarta, menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia, seperti budaya betawi ini, dan melestarikan serta mengembangkan kebudayaan betawi di masyarakat luar.

E.                 PELAKSANAAN KUNJUNGAN

Observasi ini dilakukan dengan keterangan sebagai berikut:
1.         Lokasi Observasi
Lokasi observasi adalah Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang beralamat di Jalan Moch Kahfi II, Rt.009/08, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp / Fax : (+62) 21 786 2861.

2.         Waktu Observasi
Waktu observasi sekitar pukul 09.30 WIB sampai dengan 12.30 WIB, dilakukan pada hari Senin, tanggal 17 Desember 2015.

3.         Cara Kerja
Observasi ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke Perkampungan Budaya Betawi dengan menerapkan 3 metode dalam memperoleh informasi, yaitu:
            1. Metode Observasi
Penulis melakukan observasi lapangan dengan mengambil dan mengumpulkan data melalui praktik dan turun langsung.
            2. Metode Wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan pemandu wisata, karyawan atau pengelola tempat wisata.
            3. Metode Ceramah
Pemandu wisata memberikan ceramah dan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebudayaan betawi.


BAB II

PEMBAHASAN


A.                PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN

Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang beralamat di Jalan Moch Kahfi II, Rt.009/08, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan merupakan suatu area yang dijaga untuk menjaga warisan budaya Jakarta, yaitu budaya asli Betawi. Selain itu kawasan ini merupakan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara berkesinambungan. Perkampungan ini merupakan alternatif yang tepat untuk masyarakat Jakarta dan sekitarnya yang ingin menikmati suasana pedesaan atau menyaksikan secara langsung budaya betawi. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi,  memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.
Dilihat dari sejarahnya, Perkampungan Budaya Betawi ini terbagi menjadi tiga bagian. Pertama sejarah kampung. Kampung ini dulunya disebut Kampung Kalibata. Konon sejarahnya dari mulut ke mulut mengatakan, dulu ada seorang ksatria yang sedang melintas di kampung itu, tiba-tiba sakit dan muntah darah yang darahnya itu berbentuk bata. Certia ini masih dalam tahap penelusuran bukti dan konon bukti berupa bata, saat ini masih di simpan oleh Kong Ri’ih yang masih hidup. Kedua, sejarah nama Setu Babakan. Nama Setu Babakan itu awalnya adalah karena letak situ/danau tersebut dekat dengan kampung Babakan. Pada kurang lebih 70 tahun yang lalu, setu-membentang dari utara ke selatan, ini masih dikelilingi lahan yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan rawa-rawa yang lembab yang sulit dilalui, rumah masih sangat terbatas antara 7-8 buah, ketika orang akan menuju situ maka harus melewati kampung yang disebut Babakan. Semenjak itu nama situ itu terkenal dengan sebutan Situ Babakan. Selain itu, pada masa kolonial Belanda di situ tersebut dibangun tanggul untuk menghubungi daerah ini dengan kampung seberangnya (sebelah utara), namun lama kelamaan situ sebelah utara dangkal dan berubah menjadi daratan, tinggallah sisa situ Babakan sebelah selatan, yang saat itu seluas sekitar 18 Ha. Ketiga, sejarah Perkampungan Budaya Betawi. Perkampungan Budaya Betawi baru dimulai beberapa tahun yang lalu, namun sebelumnya atau semenjak Pemerintahan Ali Sadikin kawasan ini sebenarnya sudah direncanakan untuk dijadikan sebagai daerah cagar budaya untuk mendampingi Condet. Ketika itu sering diadakan pertunjukan budaya betawi, yang sehari sebelumnya diadakan acara “Ngubek Setu” dan besoknya diadakan acara lomba nangkap ikan dengan memperebutkan hadiah berupa radio dan televisi dan kemudian dilanjutkan dengan berbagai pertunjukkan hiburan budaya Betawi seperti topeng atau gambang kromong.
Awal mulanya perkampungan ini merupakan perkampungan biasa dengan mayoritas penduduk adalah masyarakat betawi. Untuk itu ada 3 hal yang menjadi alasan Pemerintah akhirnya memutuskan untuk membangun Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jakarta Selatan. Yang pertama adalah karena faktor masyarakat yang tinggal di kawasan ini mayoritas betawi awalnya 60% orang betawi dan 40%nya adalah pendatang dari beberapa daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan dan lain-lain. Alasan yang kedua adalah faktor kultur dan budaya betawinya, karena mayoritas betawi maka otomatis kultur serta budaya betawi masih terjaga. Dan yang terakhir atau yang ketiga adalah faktor penunjangnya, yaitu faktor alam, dimana kawasan ini mempunyai 2 Setu yaitu setu Mangga Balong dan setu Babakan, dan di sekitar kawasan ini banyak ditemukan tanaman-tanaman khas betawi seperti pohon kecapi, pohon krendang, pohon jamblang, pohon buni, pohon rambutan rapiah dan pohon gohok.
Perkampungan budaya ini didirikan pada 18 Agustus 2000 dengan diterbitkannya Surat Keputusan Gubernur DKI Nomor 92 tahun 2000. Sejak diterbitkannya Surat Keputusan itulah, satu demi satu fasilitas dibangun, perkampungan dan setu yang ada didalamnya dibangun dan ditata pada pertengahan Oktober 2000. Diresmikannya setelah beberapa tahun kemudian kurang lebih tanggal 20 Januari 2001 oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Bapak Sutiyoso. Luas Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2005, kurang lebih 289 hektare, lain halnya jika berdasarkan SK Gubernur yang hanya sekitar 4000 meter.Perkampungan ini terdiri dari 4 rukun warga yaitu RW 6,7,8, dan 9.
Terdapat 2 tujuan pokok mengapa pemerintah membangun Perkampungan Budaya Betawi, yaitu:
1.           1. Untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat betawi yang notabennya adalah masyarakat inti dari kota Jakarta, baik secara budaya maupun ekonomi. Maksud dari budaya itu sendiri adalah melestarikan dan mengembangkan budaya betawi secara keseluruhan berkesinambungan baik itu yang bersifat fisik maupun no-fisik. Contohnya adalah kesenian, adat istiadat, tradisi, tata graha, tata busana, termasuk juga kulinernya baik itu makanan maupun minuman.
2.                  2. Untuk mengangkat perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan Perkampungan Budaya Betawi.

Fungsi dari Perkampungan Budaya Betawi berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2005 ada 6, yaitu:
1.         Sebagai sarana ibadah;
2.         Sebagai sarana pemukiman atau tempat tinggal;
3.         Sebagai sarana informasi;
4.         Sebagai sarana pelestarian dan pengembangan;
5.         Sebagai sarana penelitian dan;
6.         Sebagai sarana pariwisata.

Terdapat 3 konsep wisata yang tersedia di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini, yaitu:
    1. Wisata Budaya adalah kegiatan sebagai upaya menumbuhkan kembali nilai-nilai tradisional yang layak tampil, layak ditonton, dan layak dijual. Di Perkampungan Budaya Betawi dapat juga berupa prosesi budaya yaitu akekah, sunatan, hatam qur’an, nikahan, nujuh bulanan, lalu ada kesenian Betawi, contoh rumah-rumah adat yang telah dimodifikasi, dan aneka buah, makanan, kue-kue dan minuman khas Betawi yang dijual oleh pedagang di sepanjang pinggir situ.
Atraksi wisata yang disajikan  di Perkampungan Budaya Betawi biasanya disajikan pada hari Minggu kecuali hari-hari Raya/Besar Islam. Pertunjukan yang ditampilkan adalah Seni Musik seperti keroncong, marawis, rebana, tanjidor, samrah, dan sebagainya, lalu Seni teater seperti lenong dan topeng yang diselingi persembahan aneka tarian Betawi.
    2. Wisata Air adalah upaya meningkatkan daya tarik wisata dari aspek olahraga air yang mampu menarik wisatawan. Dua situ alam yang dimiliki Perkampungan Budaya Betawi yaitu Situ Babakan dan Situ Manggabolong menjadi senjata pelengkap sebagai obyek wisata air yang paling menarik. Obyek wisata air yang dapat dinikmati adalah sepeda air sebagai arena bermain anak-anak, remaja, orang tua sampai manula, memancing, menjala ikan, olahraga dayung/kano.
    3. Wisata Argo adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha-usaha pertanian (argo) sebagai obyek wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan pengetahuan, memperkaya pengalaman, dan memberikan peluang usaha di bidang pertanian. Daya tarik dan keunikan wisata argo di Perkampungan Budaya Betawi adalah bahwa lokasi pertanian/perkebunan tidak berada pada area khusus melainkan berada pada halaman rumah penduduk. Sehingga waktu musim buah datang, ranumnya buah di halaman rumah mengiurkan para wisatawan untuk singgah di rumah-rumah penduduk.

B.                 PROSES OBSERVASI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BUDAYA

            Penelitian dan pengamatan dalam suatu masalah atau proses dilakukan untuk mengetahui lebih dalam dan membahas lebih tajam dalam masalah, apalagi masalah budaya betawi yang kian lama makin hilang tertelan oleh arus globalisasi, proses penelitian tentunya di perlukan untuk menunjang pengamatan yang kritis yang terjadi oleh budaya betawi di Ibukota Jakarta. Mengikuti alur yang sudah di tetapkan, penulis mempelajari kuliner betawi dari kembang goyangnya, kerajinan betawi dari batik khas betawinya, dan kesenian betawi dari ondel-ondelnya.
            Adapun kegiatan tersebut yang penulis ikuti dan teliti selama observasi berlangsung sebagai berikut:
1.         Kuliner Betawi (Kembang Goyang)
            Kembang Goyang merupakan salah satu makanan ringan khas Betawi. Dinamakan kembang goyang karena dalam proses pembuatannya menggunakan cetakan yang berbentuk bunga atau kembang, lalu ketika digoreng harus digoyang-goyang agar adonan terlepas dari cetakan. Untuk cetakan kembang goyang dapat ditemukan di pasar tradisional, ada 3 macam ukuran, yaitu ukuran kecil, sedang dan besar. Makanan ini biasa disajikan pada saat Hari Raya Idul Fitri dan acara-acara hajatan. Kue Kembang goyang juga menjadi salah satu kue tradisional nusantara yang disajikan untuk tamu yang bersilaturahmi karena memiliki rasa yang renyah, manis, dan tidak menggunakan pewarna.



            
            Berikut adalah cara pembuatan makanan kembang goyang betawi:
Alat dan bahan:
Ø  Santan Kelapa
Ø  Tepung Terigu
Ø  Telur
Ø  Mentega
Ø  Gula Pasir
Ø  Garam
Ø  Minyak Goreng
Ø  Air Putih
Ø  Wajan
Ø  Kompor
Ø  Cetakan
Ø  Toples
Cara pembuatan:
a)      Masukan telur, mentega, gula pasir, garam, aduk sampai merata.
b)      Masukan tepung terigu, santan kelapa, dan air putih, aduk merata sampai adonan tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair.
c)      Siapkan cetakan kembang goyang, panaskan ke dalam minyak panas.
d)     Setelah cetakan panas, celupkan cetakan ke dalam adonan.
e)      Masukkan dalam minyak sambil digoyang–goyang sampai adonan terlepas dari cetakan.
f)       Goreng sampai kering dan matang kecoklatan.
g)      Angkat dan tiriskan.
h)      Masukkan dalam toples dan siap disajikan.

2.         Kerajinan Betawi (Batik Betawi)
            Batik merupakan kain khas Indonesia, hampir di seluruh penjuru Indonesia memiliki ragam batiknya sendiri. Begitupun dengan Betawi, yaitu Batik Betawi, perbedaannya dengan batik lain terletak pada corak dan motif. Motif dan corak Batik Betawi tak lepas dari budaya yang berkembang di Betawi dan banyak dipengaruhi budaya-budaya dari China, Arab, India dan Belanda. Warna-warnanya didominasi warna-warna cerah dengan sedikit corak, seperti biru terang, shocking pink, orange, dan hijau. Pengaruh kebudayaan China muncul melalui warna-warna merah, kuning terang dan ungu muda. Batik Betawi jarang menggunakan warna gelap karena menggambarkan kesedihan. Contoh motifnya adalah ikon-ikon kota Jakarta, misalnya monas, ondel-ondel, atau juga makanan betawi seperti kembang goyang, atau tanaman-tanaman khas betawi seperti jamblang, buni, intinya segala sesuatunya yang berhubungan dengan betawi.
            Produksi pembuatan batik Betawi pun dapat dijumpai di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Di sini diproduksi kain-kain batik betawi. Jika pengunjung ingin merasakan bagaimana membatik, bisa menyambangi tempat produksi batik Betawi. Batik betawi terdiri dari 2 jenis yaitu batik tulis dan juga batik cap.





            Berikut adalah cara pembuatan batik betawi:
Alat dan bahan:
Ø  Canting
Ø  Lilin/malam
Ø  Wajan
Ø  Kompor
Ø  Kain mori
Ø  Celemek
Ø  Alat tulis
Cara pembuataan:
a)      Menggambar pola atau motif untuk diaplikasikan ke kain mori, untuk batik tulis. Membuat pola atau cap untuk batik cap.
b)      Membatik, yaitu dengan menorehkan cairan malam menggunakan canting ke kain yang sudah digambar polanya.
c)      Kemudian proses pewarnaan kain, kain dicelupkan ke dalam pewarna. Pewarna yang digunakan ada pewarna alami yang terbuat dari berbagai tanaman seperti sacang, dan pewarna sintesis.
d)     Setelah itu malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan.
e)      Lalu proses pewarnaan lagi.
f)       Tahapan akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan malam. Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih.
g)      Setelah diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga kering.

3.         Kesenian Betawi (Ondel-Ondel)
            Ondel-ondel merupakan boneka besar dengan rangka anyaman bambu dengan ukuran kurang lebih 2,5M, tingginya dan garis tengahnya kurang dari 80 cm. Dibuat demikian rupa agar pemikulnya yang berada di dalamnya dapat bergerak agak leluasa. Rambutnya dibuat dari ijuk,”duk” kata orang Betawi. Boneka ondel-ondel Betawi terdiri menjadi 2 bagian yaitu bagian kepala dan bagian badan. Di bagian kepala terdapat mahkota yang berhiaskan lukisan flora dan fauna seperti burung merak, naga, bunga teratai, bunga delima, dan semanggi. Selain itu juga terdapat kembang kelapa di kepala boneka
Wajah boneka ondel-ondel rata-rata berwarna merah pada boneka ondel-ondel laki-laki dan putih pada boneka ondel-ondel wanita. Warna merah pada ondel-ondel laki-laki melambangkan kekuatan, kekuasaan, keberanian, dan ego yang keras. Sedangkan warna putih pada ondel-ondel wanita melambangkan kesucian, kelembutan, keramahan dan keanggunan.
Pada bagian badan, boneka ondel-ondel wanita menggunakan pakaian yang disebut kebaya encim, sedangkan untuk laki-laki, pakaian yang digunakan yaitu safari atau ujung serong. Pada badan bagian bawah boneka ondel-ondel menggunakan sarung yang disebut sarung jamblang. Pada acara-acara resmi, biasanya untuk boneka ondel-ondel laki-laki di bagian bahunya di selempangkan sarung cukinyang bermotif kotak-kotak, sedangkan pada ondel-ondel wanita menggunakan selendang yang bermotif flora atau fauna.
Ondel-ondel zaman dulu cara membuatnya membutuhkan waktu dan ritual tertentu, karena itu berkaitan dengan manfaat dan fungsinya. Fungsi ondel-ondel zaman dulu itu ada fungsi di luar dari manusia, misalnya untuk mengusir hantu, menolak bala, dan mengusir roh jahat. Kalau sekarang manfaat ondel-ondel hanya untuk pajangan, hiburan, dan dekorasi.
Di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini pengunjung dapat merasakan bagaimana membuat ondel-ondel mini. Ondel-ondel mini merupakan salah satu souvenir andalan khas betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.



Berikut adalah cara pembuatan ondel-ondel mini betawi:
Alat dan bahan:
Ø  Shuttlecock bekas
Ø  Kain-kain perca
Ø  Kembang kelapa mini
Ø  Mata imitasi
Ø  Lem
Ø  Spidol
Ø  Gunting
Ø  Selendang kertas
Cara pembuatan:
a)      Keluarkan semua kain-kain perca dari plastik.
b)      Lilitkan potongan bahan untuk pakaian ondel-ondel pada shuttlecock lalu beri lem, ditarik supaya rata dan rapi di bagian badan bawah.
c)      Tempelkan kerahnya.
d)     Lalu tempelkan baju ondel-ondel di bagian badan atas.
e)      Tempelkan pula untuk penutup kepala/rambut ondel-ondel.
f)       Lem tangan kanan dan kirinya.
g)      Tempel kain flanel di dahi ondel-ondel, dan tempelkan mata imitasinya.
h)      Beri alis, kumis, dan bibir ondel-ondel dengan spidol.
i)        Pasang kembang kepala sebagai mahkotanya.
j)        Tempelkan selendang kertas bertuliskan ondel-ondel di bagian badan.
k)      Ondel-ondel mini sudah jadi dan siap di pasarkan.


BAB III

PENUTUP

A.                KESIMPULAN

Budaya Betawi adalah budaya Khas Jakarta yang kini kian tergerus oleh perkembangan globalisasi yang pesat di Jakarta ini. Di tengah-tengah Jakarta ternyata masih ada suatu Perkampungan yang melestarikan dan mengembangkan budaya betawi, yaitu Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Perkampungan ini memang sengaja dibangun oleh Pemerintah dengan tujuan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat betawi serta mengangkat perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Terdapat 3 konsep wisata yang tersedia, yaitu wisata budaya, wisata air, dan wisata argo.

B.                 SARAN

Kesan pertama kali menginjakan kaki di depan pintu gerbang Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah menyenangkan karena dapat meneliti dan mengunjungi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kagum rasanya melihat suasana di kawasan perkampungan ini masih kental sekali akan budaya betawinya, apalagi tata grahanya yang sangat rapi dan bagus untuk dijadikan latar mengambil gambar. Selain itu, dapat mengenal lebih dalam bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat asli betawi, dan kebudayaan yang ada disana merupakan salah satu nilai jual tersendiri yang patut diacungi jempol.
Fasilitas yang disediakan pun baik dan terawat mulai dari sarana ibadah, toilet, tempat bermain anak-anak, teater terbuka, wisma, dan pertokoan souvenir. Akses menuju kawasan ini pun relatif mudah. Banyaknya pohon-pohon yang menjulang tinggi, membuat udara di kawasan ini terasa sejuk. Tidak ada sampah yang berserakan dan itu menjadi nilai tambah tersendiri.
Saran, mari bersama-sama melestarikan kebudayaan yang sudah ada, akan jauh lebih baik apabila dikembangkan. Sebagai seorang pemuda dan seorang mahasiswa tentunya kita punya peran penting dalam melestarikan Budaya Indonesia yang kian menghilang, seperti kebudayaan betawi, jangan hanya terpaku pada teknologi saja tetapi juga menolah lah pada tradisi budaya betawi.



DAFTAR PUSTAKA


            Diakses pada tanggal 18 Desember 2015.

http://kampungbetawi.com Diakses pada tanggal 18 Desember 2015.

http://lembagakebudayaanbetawi.com Diakses pada tanggal 18 Desember 2015.



LAMPIRAN












Tidak ada komentar:

Posting Komentar