LAPORAN
HASIL KUNJUNGAN OBSERVASI
PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI
SETU BABAKAN
HASIL KUNJUNGAN OBSERVASI
PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI
SETU BABAKAN
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS
Dosen Pengampu :
Drs. Ajat Sudrajat M.Pd.
Oleh :
Nur Aliyah
1815151060
Kelas B
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
Tahun 2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan banyak kenikmatan, rahmat, hidayah serta
inayah-Nya kepada kita terutama kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan
makalah yang berjudul laporan hasil kunjungan observasi perkampungan budaya
betawi setu babakan ini dengan sebaik-baiknya. Sholawat serta salam semoga
selalu tercurahkan kepada Baginda Nabi Besar Muhammad SAW. Yang selalu menjadi suri tauladan kita
dalam berbagai aspek kehidupan. Semoga kita senantiasa bisa mencontohnya.
Penulis menyadari, laporan ini tidak
akan tersusun dan terselesaikan dengan baik tanpa dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Ajat Sudrajat, M.Pd selaku
dosen pembimbing dan dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS yang telah menugaskan observasi
ini kepada penulis.
2.
Bang
Jahruddin
selaku pengelola perkampungan budaya betawistu babakan.
3.
Bang
Roni selaku pemandu wisata Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang
memberikan Informasi seputar Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
4.
Orang
tua penulis yang telah memberikan dukungan besar baik berupa material maupun
spiritual.
5. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu, terima kasih atas bantuan dan do’a restu yang
berhubungan dengan kegiatan kunjungan observasi Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan.
Laporan ini disusun dalam
rangka memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial mengenai
pembelajaran konstektual kajian ilmu Antropologi. Selain itu, untuk menunjang dan memberikan wawasan tentang
perkampungan budaya betawi Setu Babakan. Harapan selanjutnya, semoga laporan
ini, dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Akhir kata, laporan ini jauh dari
kesempurnaan, tentunya masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari semua pihak yang membangun demi perbaikan pembuatan
laporan ini.
Jakarta,
Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang ......................................................................................... 1
B.
Tujuan
Kunjungan ..................................................................................... 3
C.
Tujuan Laporan ........................................................................................ 3
D.
Manfaat
Kunjungan .................................................................................. 3
E.
Pelaksanaan
Kunjungan ............................................................................ 3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perkampungan
Budaya Betawi Setu Babakan ........................................... 4
B. Proses Observasi Budaya
Betawi Setu Babakan........................................ 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
.............................................................................................. 33
B. Saran
....................................................................................................... 34
Daftar Pustaka ................................................................................................ 35
Lampiran
......................................................................................................... 35
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari
tentang manusia baik dari segi budaya, perilaku, keanekaragaman, dan lain
sebagainya. Untuk memperdalam ilmu ini, maka alangkah baiknya jika terjun
langsung ke dalam masyarakat. Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengunjungi situs budaya yang berada di lingkungan sekitar.
Di kota metropolitan seperti Jakarta, rasanya cukup sulit
untuk menemukan tempat yang masih terasa kental sekali akan budayanya. Hiruk
pikuk kota Jakarta serta banyaknya pendatang yang menetap di kota Jakarta
seakan membuat budaya kota Jakarta sendiri tergeser dengan adanya hal-hal baru,
baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Namun, ada suatu perkampungan yang
sudah dirancang khusus untuk melestarikan budaya kota Jakarta, yaitu
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini terletak di
Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Suasana khas
pedesaan masih bisa dirasakan di kawasan ini, karena lingkungannya yang masih
alami banyaknya pohon-pohon yang rindang serta tata grahanya yang masih
tradisional. Selain itu mayoritas penduduk di perkampungan ini merupakan suku
asli betawi, maka dapat disaksikan secara langsung bagaimana daur hidup
masyarakat betawi disini.
Tidak hanya wisata budaya namun juga ada wisata kuliner
serta wisata air. Banyak kuliner-kuliner khas betawi yang dijajakan di
Perkampungan ini mulai dari makanannya seperti ketoprak, ketupat nyiksa, kerak
telor, ketupat sayur, bakso, laksa, arum manis, soto betawi, soto mie, roti
buaya, nasi uduk, kue apem, toge goreng, dan tahu gejrot, serta jangan lupa
dengan minuman khasnya yaitu bir pletok.
B. TUJUAN KUNJUNGAN
Tujuan dari dilakukannya observasi
tentang Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang bertempat di Kelurahan
Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan yaitu:
1.
Untuk mengetahui daur hidup masyarakat betawi.
2.
Untuk mengali informasi lebih dalam mengenai budaya betawi.
3.
Untuk melihat secara langsung bagaimana interaksi masyarakat betawi.
4. Untuk
mengetahui daya tarik Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
C. TUJUAN LAPORAN
Laporan ini disusun dengan tujuan untuk
memenuhi tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS pada kajian ilmu Antropologi, yang
mana laporan ini digunakan sebagai dokumentasi hasil kunjungan yang dilakukan. Tujuan lainnya adalah memberikan
informasi mengenai Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan kepada pembaca.
D. MANFAAT KUNJUNGAN
Melalui
kunjungan ini, diharapkan mahasiswa dapat mengambil manfaat dalam kesempatan
kunjungan ke Kebudayaan Betawi Situ Babakan yaitu siswa dapat mengetahui lebih Keanekaragaman
kebudayaan Betawi dan penduduk asli Betawi di kehidupan sehari-hari, mengetahui
budaya betawi yang merupakan budaya khas dari Ibukota Negara Indonesia, yaitu
kota Jakarta, menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia, seperti
budaya betawi ini, dan melestarikan serta mengembangkan kebudayaan betawi di
masyarakat luar.
E. PELAKSANAAN KUNJUNGAN
Observasi ini dilakukan dengan keterangan sebagai berikut:
1. Lokasi Observasi
Lokasi observasi adalah Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan yang beralamat di Jalan Moch Kahfi II, Rt.009/08, Kelurahan Srengseng
Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Telp / Fax : (+62) 21 786 2861.
2. Waktu
Observasi
Waktu observasi sekitar pukul 09.30 WIB sampai dengan 12.30
WIB, dilakukan pada hari Senin, tanggal 17 Desember 2015.
3. Cara
Kerja
Observasi ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke
Perkampungan Budaya Betawi dengan menerapkan 3 metode dalam memperoleh
informasi, yaitu:
1. Metode
Observasi
Penulis
melakukan observasi lapangan dengan mengambil dan mengumpulkan data melalui
praktik dan turun langsung.
2. Metode
Wawancara
Penulis
melakukan tanya jawab dengan pemandu wisata, karyawan atau pengelola tempat
wisata.
3. Metode Ceramah
Pemandu
wisata memberikan ceramah dan penjelasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
kebudayaan betawi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang beralamat di
Jalan Moch Kahfi II, Rt.009/08, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa,
Jakarta Selatan merupakan suatu area yang dijaga untuk menjaga warisan budaya Jakarta, yaitu budaya
asli Betawi. Selain itu
kawasan ini merupakan perkampungan yang ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai
tempat pelestarian dan pengembangan budaya Betawi secara berkesinambungan. Perkampungan
ini merupakan alternatif yang tepat untuk masyarakat Jakarta dan sekitarnya
yang ingin menikmati suasana pedesaan atau menyaksikan secara langsung budaya
betawi. Di perkampungan ini, masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan
budaya dan cara hidup khas Betawi, memancing, bercocok tanam, berdagang,
membuat kerajinan tangan, dan membuat makanan khas Betawi. Melalui cara hidup inilah, mereka
aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.
Dilihat
dari sejarahnya, Perkampungan Budaya Betawi ini terbagi menjadi tiga bagian.
Pertama sejarah kampung. Kampung ini dulunya disebut Kampung Kalibata. Konon
sejarahnya dari mulut ke mulut mengatakan, dulu ada seorang ksatria yang sedang
melintas di kampung itu, tiba-tiba sakit dan muntah darah yang darahnya itu
berbentuk bata. Certia ini masih dalam tahap penelusuran bukti dan konon bukti
berupa bata, saat ini masih di simpan oleh Kong Ri’ih yang masih hidup. Kedua,
sejarah nama Setu Babakan. Nama Setu Babakan itu awalnya adalah karena letak
situ/danau tersebut dekat dengan kampung Babakan. Pada kurang lebih 70 tahun
yang lalu, setu-membentang dari utara ke selatan, ini masih dikelilingi lahan
yang ditumbuhi pohon-pohon besar dan rawa-rawa yang lembab yang sulit dilalui,
rumah masih sangat terbatas antara 7-8 buah, ketika orang akan menuju situ maka
harus melewati kampung yang disebut Babakan. Semenjak itu nama situ itu
terkenal dengan sebutan Situ Babakan. Selain itu, pada masa kolonial Belanda di
situ tersebut dibangun tanggul untuk menghubungi daerah ini dengan kampung
seberangnya (sebelah utara), namun lama kelamaan situ sebelah utara dangkal dan
berubah menjadi daratan, tinggallah sisa situ Babakan sebelah selatan, yang
saat itu seluas sekitar 18 Ha. Ketiga, sejarah Perkampungan Budaya Betawi.
Perkampungan Budaya Betawi baru dimulai beberapa tahun yang lalu, namun
sebelumnya atau semenjak Pemerintahan Ali Sadikin kawasan ini sebenarnya sudah
direncanakan untuk dijadikan sebagai daerah cagar budaya untuk mendampingi
Condet. Ketika itu sering diadakan pertunjukan budaya betawi, yang sehari
sebelumnya diadakan acara “Ngubek Setu” dan besoknya diadakan acara lomba
nangkap ikan dengan memperebutkan hadiah berupa radio dan televisi dan kemudian
dilanjutkan dengan berbagai pertunjukkan hiburan budaya Betawi seperti topeng
atau gambang kromong.
Awal mulanya perkampungan ini merupakan perkampungan
biasa dengan mayoritas penduduk adalah masyarakat betawi. Untuk itu ada 3 hal
yang menjadi alasan Pemerintah akhirnya memutuskan untuk membangun Perkampungan
Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jakarta Selatan. Yang
pertama adalah karena faktor masyarakat yang tinggal di kawasan ini mayoritas
betawi awalnya 60% orang betawi dan 40%nya adalah pendatang dari beberapa
daerah seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Kalimantan dan lain-lain. Alasan yang kedua adalah faktor kultur dan
budaya betawinya, karena mayoritas betawi maka otomatis kultur serta budaya
betawi masih terjaga. Dan yang terakhir atau yang ketiga adalah faktor
penunjangnya, yaitu faktor alam, dimana kawasan ini mempunyai 2 Setu yaitu setu
Mangga Balong dan setu Babakan, dan di sekitar kawasan ini banyak ditemukan
tanaman-tanaman khas betawi seperti pohon kecapi, pohon krendang, pohon jamblang,
pohon buni, pohon rambutan rapiah dan pohon gohok.
Perkampungan budaya ini didirikan pada 18 Agustus 2000
dengan diterbitkannya Surat Keputusan Gubernur DKI Nomor 92 tahun 2000. Sejak
diterbitkannya Surat Keputusan itulah, satu demi satu fasilitas dibangun,
perkampungan dan setu yang ada didalamnya dibangun dan ditata pada pertengahan
Oktober 2000. Diresmikannya setelah beberapa tahun kemudian kurang lebih
tanggal 20 Januari 2001 oleh Gubernur DKI Jakarta kala itu, Bapak Sutiyoso.
Luas Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan berdasarkan Perda No. 3 Tahun
2005, kurang lebih 289 hektare, lain halnya jika berdasarkan SK Gubernur yang
hanya sekitar 4000 meter.Perkampungan ini terdiri dari 4 rukun warga yaitu RW
6,7,8, dan 9.
Terdapat 2 tujuan pokok mengapa pemerintah
membangun Perkampungan Budaya Betawi, yaitu:
1. 1. Untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat betawi yang
notabennya adalah masyarakat inti dari kota Jakarta, baik secara budaya maupun
ekonomi. Maksud dari budaya itu sendiri adalah melestarikan dan mengembangkan
budaya betawi secara keseluruhan berkesinambungan baik itu yang bersifat fisik
maupun no-fisik. Contohnya adalah kesenian, adat istiadat, tradisi, tata graha,
tata busana, termasuk juga kulinernya baik itu makanan maupun minuman.
2.
2. Untuk mengangkat perekonomian masyarakat yang tinggal di
kawasan Perkampungan Budaya Betawi.
Fungsi dari Perkampungan Budaya Betawi
berdasarkan Perda No. 3 Tahun 2005 ada 6, yaitu:
1. Sebagai sarana
ibadah;
2. Sebagai sarana
pemukiman atau tempat tinggal;
3. Sebagai sarana
informasi;
4. Sebagai sarana
pelestarian dan pengembangan;
5. Sebagai sarana
penelitian dan;
6. Sebagai sarana
pariwisata.
Terdapat 3 konsep wisata yang tersedia
di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini, yaitu:
1. Wisata
Budaya adalah kegiatan sebagai upaya menumbuhkan kembali nilai-nilai
tradisional yang layak tampil, layak ditonton, dan layak dijual. Di
Perkampungan Budaya Betawi dapat juga berupa prosesi budaya yaitu akekah,
sunatan, hatam qur’an, nikahan, nujuh bulanan, lalu ada kesenian Betawi, contoh
rumah-rumah adat yang telah dimodifikasi, dan aneka buah, makanan, kue-kue dan
minuman khas Betawi yang dijual oleh pedagang di sepanjang pinggir situ.
Atraksi wisata yang disajikan di Perkampungan Budaya Betawi biasanya
disajikan pada hari Minggu kecuali hari-hari Raya/Besar Islam. Pertunjukan yang
ditampilkan adalah Seni Musik seperti keroncong, marawis, rebana, tanjidor,
samrah, dan sebagainya, lalu Seni teater seperti lenong dan topeng yang
diselingi persembahan aneka tarian Betawi.
2. Wisata
Air adalah upaya meningkatkan daya tarik wisata dari aspek olahraga air yang
mampu menarik wisatawan. Dua situ alam yang dimiliki Perkampungan Budaya Betawi yaitu Situ Babakan dan Situ
Manggabolong menjadi senjata pelengkap sebagai obyek wisata air yang paling
menarik. Obyek wisata air yang dapat dinikmati adalah sepeda air sebagai arena
bermain anak-anak, remaja, orang tua sampai manula, memancing, menjala ikan,
olahraga dayung/kano.
3. Wisata
Argo adalah suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha-usaha
pertanian (argo) sebagai obyek wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan
pengetahuan, memperkaya pengalaman, dan memberikan peluang usaha di bidang
pertanian. Daya tarik dan keunikan wisata argo di Perkampungan Budaya Betawi adalah
bahwa lokasi pertanian/perkebunan tidak berada pada area khusus melainkan
berada pada halaman rumah penduduk. Sehingga waktu musim buah datang, ranumnya buah di halaman rumah
mengiurkan para wisatawan untuk singgah di rumah-rumah penduduk.
B. PROSES OBSERVASI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BUDAYA
Penelitian dan pengamatan dalam suatu masalah atau proses
dilakukan untuk mengetahui lebih dalam dan membahas lebih tajam dalam masalah,
apalagi masalah budaya betawi yang kian lama makin hilang tertelan oleh arus
globalisasi, proses penelitian tentunya di perlukan untuk menunjang pengamatan
yang kritis yang terjadi oleh budaya betawi di Ibukota Jakarta. Mengikuti alur
yang sudah di tetapkan, penulis mempelajari kuliner betawi dari kembang
goyangnya, kerajinan betawi dari batik khas betawinya, dan kesenian betawi dari
ondel-ondelnya.
Adapun kegiatan tersebut yang penulis ikuti dan teliti
selama observasi berlangsung sebagai berikut:
1. Kuliner Betawi (Kembang Goyang)
Kembang Goyang
merupakan salah satu makanan ringan khas Betawi. Dinamakan kembang goyang
karena dalam proses pembuatannya menggunakan cetakan yang berbentuk bunga atau
kembang, lalu ketika digoreng harus digoyang-goyang agar adonan terlepas dari
cetakan. Untuk cetakan kembang goyang dapat ditemukan di pasar tradisional, ada
3 macam ukuran, yaitu ukuran kecil, sedang dan besar. Makanan ini biasa disajikan pada saat
Hari Raya Idul Fitri dan acara-acara hajatan. Kue Kembang goyang juga menjadi
salah satu kue tradisional nusantara yang disajikan untuk tamu yang
bersilaturahmi karena memiliki rasa yang renyah, manis, dan tidak
menggunakan pewarna.
Berikut adalah cara pembuatan makanan
kembang goyang betawi:
Alat dan
bahan:
Ø
Santan
Kelapa
Ø
Tepung
Terigu
Ø
Telur
Ø
Mentega
Ø
Gula
Pasir
Ø
Garam
Ø
Minyak
Goreng
Ø
Air Putih
Ø
Wajan
Ø
Kompor
Ø
Cetakan
Ø
Toples
Cara pembuatan:
a) Masukan telur, mentega, gula pasir,
garam, aduk sampai merata.
b) Masukan tepung terigu, santan kelapa,
dan air putih, aduk merata sampai adonan tidak terlalu kental dan tidak terlalu
cair.
c) Siapkan cetakan kembang goyang,
panaskan ke dalam minyak panas.
d) Setelah cetakan panas, celupkan
cetakan ke dalam adonan.
e) Masukkan dalam minyak sambil
digoyang–goyang sampai adonan terlepas dari cetakan.
f) Goreng sampai kering dan matang
kecoklatan.
g) Angkat dan tiriskan.
h) Masukkan dalam toples dan siap
disajikan.
2. Kerajinan Betawi (Batik Betawi)
Batik
merupakan kain khas Indonesia, hampir di seluruh penjuru Indonesia memiliki
ragam batiknya sendiri. Begitupun dengan Betawi, yaitu Batik Betawi,
perbedaannya dengan batik lain terletak pada corak dan motif. Motif dan corak
Batik Betawi tak lepas dari budaya yang berkembang di Betawi dan banyak
dipengaruhi budaya-budaya dari China, Arab, India dan Belanda. Warna-warnanya
didominasi warna-warna cerah dengan sedikit corak, seperti biru terang,
shocking pink, orange, dan hijau. Pengaruh kebudayaan China muncul melalui
warna-warna merah, kuning terang dan ungu muda. Batik Betawi jarang menggunakan
warna gelap karena menggambarkan kesedihan. Contoh motifnya adalah ikon-ikon kota
Jakarta, misalnya monas, ondel-ondel, atau juga makanan betawi seperti kembang
goyang, atau tanaman-tanaman khas betawi seperti jamblang, buni, intinya segala
sesuatunya yang berhubungan dengan betawi.
Produksi
pembuatan batik Betawi pun dapat dijumpai di Perkampungan Budaya Betawi Setu
Babakan. Di sini diproduksi kain-kain batik betawi. Jika pengunjung ingin
merasakan bagaimana membatik, bisa menyambangi tempat produksi batik Betawi.
Batik betawi terdiri dari 2 jenis yaitu batik tulis dan juga batik cap.
Berikut adalah cara pembuatan batik
betawi:
Alat dan bahan:
Ø Canting
Ø Lilin/malam
Ø Wajan
Ø Kompor
Ø Kain mori
Ø Celemek
Ø Alat tulis
Cara
pembuataan:
a)
Menggambar pola atau motif untuk diaplikasikan ke kain mori, untuk
batik tulis. Membuat pola atau cap untuk batik cap.
b)
Membatik, yaitu dengan menorehkan cairan malam menggunakan canting
ke kain yang sudah digambar polanya.
c)
Kemudian proses pewarnaan kain, kain dicelupkan ke dalam pewarna.
Pewarna yang digunakan ada pewarna alami yang terbuat dari berbagai tanaman
seperti sacang, dan pewarna sintesis.
d)
Setelah itu malam pada
kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain
dibilas dengan air bersih. Setelah itu, kain diangin-anginkan.
e)
Lalu proses pewarnaan lagi.
f)
Tahapan
akhir dalam proses pembuatan sehelai kain batik tulis maupun batik cap yang menggunakan
malam. Dalam tahap ini, pembatik melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara
memasukkan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih.
g)
Setelah
diangkat, kain dibilas dengan air bersih dan kemudian diangin-arginkan hingga
kering.
3. Kesenian
Betawi (Ondel-Ondel)
Ondel-ondel merupakan boneka besar dengan rangka anyaman
bambu dengan ukuran kurang lebih 2,5M, tingginya dan garis tengahnya kurang
dari 80 cm. Dibuat demikian rupa agar pemikulnya yang berada di dalamnya dapat
bergerak agak leluasa. Rambutnya dibuat dari ijuk,”duk”
kata orang Betawi. Boneka ondel-ondel Betawi terdiri menjadi 2 bagian yaitu
bagian kepala dan bagian badan. Di bagian kepala terdapat mahkota yang
berhiaskan lukisan flora dan fauna seperti burung merak, naga, bunga teratai,
bunga delima, dan semanggi. Selain itu juga terdapat kembang kelapa di kepala
boneka
Wajah boneka ondel-ondel rata-rata berwarna merah pada
boneka ondel-ondel laki-laki dan putih pada boneka ondel-ondel wanita. Warna
merah pada ondel-ondel laki-laki melambangkan kekuatan, kekuasaan, keberanian,
dan ego yang keras. Sedangkan warna putih pada ondel-ondel wanita melambangkan
kesucian, kelembutan, keramahan dan keanggunan.
Pada bagian badan, boneka ondel-ondel wanita menggunakan pakaian
yang disebut kebaya encim, sedangkan untuk laki-laki, pakaian yang digunakan
yaitu safari atau ujung serong. Pada badan bagian bawah boneka ondel-ondel menggunakan
sarung yang disebut sarung jamblang. Pada acara-acara resmi, biasanya untuk
boneka ondel-ondel laki-laki di bagian bahunya di selempangkan sarung cukinyang
bermotif kotak-kotak, sedangkan pada ondel-ondel wanita menggunakan selendang
yang bermotif flora atau fauna.
Ondel-ondel zaman dulu cara membuatnya membutuhkan
waktu dan ritual tertentu, karena itu berkaitan dengan manfaat dan fungsinya.
Fungsi ondel-ondel zaman dulu itu
ada fungsi di luar dari manusia, misalnya untuk mengusir hantu, menolak bala,
dan mengusir
roh jahat. Kalau sekarang manfaat ondel-ondel
hanya untuk pajangan, hiburan, dan dekorasi.
Di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini pengunjung
dapat merasakan bagaimana membuat ondel-ondel mini. Ondel-ondel mini merupakan salah
satu souvenir andalan khas betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Berikut adalah cara pembuatan ondel-ondel
mini betawi:
Alat
dan bahan:
Ø Shuttlecock bekas
Ø Kain-kain perca
Ø Kembang kelapa mini
Ø Mata imitasi
Ø Lem
Ø Spidol
Ø Gunting
Ø Selendang
kertas
Cara
pembuatan:
a)
Keluarkan
semua kain-kain perca dari plastik.
b)
Lilitkan
potongan bahan untuk pakaian ondel-ondel pada shuttlecock lalu beri lem,
ditarik supaya rata dan rapi di bagian badan bawah.
c)
Tempelkan
kerahnya.
d)
Lalu
tempelkan baju ondel-ondel di bagian badan atas.
e)
Tempelkan
pula untuk penutup kepala/rambut ondel-ondel.
f)
Lem
tangan kanan dan kirinya.
g)
Tempel
kain flanel di dahi
ondel-ondel, dan tempelkan mata imitasinya.
h)
Beri alis, kumis, dan bibir
ondel-ondel dengan spidol.
i)
Pasang kembang kepala sebagai mahkotanya.
j)
Tempelkan selendang kertas bertuliskan ondel-ondel
di bagian badan.
k)
Ondel-ondel
mini sudah jadi dan siap di pasarkan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Budaya Betawi adalah budaya Khas Jakarta yang kini kian
tergerus oleh perkembangan globalisasi yang pesat di Jakarta ini. Di
tengah-tengah Jakarta ternyata masih ada suatu Perkampungan yang melestarikan
dan mengembangkan budaya betawi, yaitu Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Perkampungan ini memang sengaja dibangun oleh Pemerintah dengan tujuan untuk
mengangkat harkat dan martabat masyarakat betawi serta mengangkat perekonomian
masyarakat yang tinggal di kawasan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
Terdapat 3 konsep wisata yang tersedia, yaitu wisata budaya, wisata air, dan wisata argo.
B. SARAN
Kesan pertama kali menginjakan kaki
di depan pintu gerbang Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan adalah
menyenangkan karena dapat meneliti dan mengunjungi Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan. Kagum rasanya melihat suasana di kawasan perkampungan ini masih
kental sekali akan budaya betawinya, apalagi tata grahanya yang sangat rapi dan
bagus untuk dijadikan latar mengambil gambar. Selain itu, dapat mengenal lebih
dalam bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat asli betawi, dan kebudayaan
yang ada disana merupakan salah satu nilai jual tersendiri yang patut diacungi
jempol.
Fasilitas yang disediakan pun baik dan terawat mulai dari
sarana ibadah, toilet, tempat bermain anak-anak, teater terbuka, wisma, dan
pertokoan souvenir. Akses menuju kawasan ini pun relatif mudah. Banyaknya
pohon-pohon yang menjulang tinggi, membuat udara di kawasan ini terasa sejuk.
Tidak ada sampah yang berserakan dan itu menjadi nilai tambah tersendiri.
Saran, mari bersama-sama melestarikan kebudayaan yang sudah
ada, akan jauh lebih baik apabila dikembangkan. Sebagai seorang pemuda dan
seorang mahasiswa tentunya kita punya peran penting dalam melestarikan Budaya
Indonesia yang kian menghilang, seperti kebudayaan betawi, jangan hanya terpaku
pada teknologi saja tetapi juga menolah lah pada tradisi budaya betawi.
DAFTAR PUSTAKA
Diakses
pada tanggal 18 Desember 2015.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar