Senin, 28 Desember 2015




LAPORAN OBSERVASI PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN


Dosen Pengampu : Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd


 



Disusun Oleh :
Dian Nitami                                          1815152490


Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
 




KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Allah SWT atas limpahan rahmat dan lindungan-Nya sehingga laporan ini saya selesaikan dengan lancar. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS. Selain itu saya menyusun laporan ini untuk menambah wawasan dan untuk dapat memahami materi ini, lebih khususnya mengenai antropologi yang sudah dibahas sebelumnya.
Dalam penyusunan laporan ini saya mendapat banyak bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd selaku dosen pembimbing, pihak Setu Babakan yang telah memberi izin untuk melakukan observasi, serta teman-teman panitia yang sudah berusaha untuk pelaksanaan kunjungan. Demikian laporan yang saya susun dan jika ada tulisan atau perkataan yang kurang berkenan saya mohon maaf. Semoga laporan ini bermanfaat bagi pembaca.


Jakarta, 21 Desember 2015


Penyusun


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, manusia semakin berubah akan pola pikir terhadap budaya yang mereka miliki. Di zaman modern seperti ini budaya lokal di Indonesia mulai luntur yang disebabkan dari beberapa sebab, seperti masuknya budaya asing dan diterima tanpa dipilah terlebih dahulu. Budaya lokal yang ada pun hilang secara perlahan. Pemerintah pun mulai melestarikan budaya-budaya lokal dengan cara membuat suatu wilayah yang kental dengan ciri khas nya tersebut. Contohnya perkampungan budaya Betawi di Jakarta Selatan.
B. Tujuan Kunjungan
1. Memperkenalkan dan menambah wawasan tentang kebudayaan Betawi
2. Memberi informasi lebih detail mengenai kebudayaan Betawi
3. Mempraktekkan kebudayaan Betawi
C. Manfaat Kunjungan
1. Menambah wawasan mahasiswa dan memperkenalkan kepada mahasiwa tentang kebudayaan Betawi
2. Mahasiswa lebih mengetahui informasi secara detail mengenai kebudayaan Betawi
3. Mahasiswa dapat mempraktekkan kebudayaan Betawi agar mahasiswa dapat melestarikannya

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Kunjungan
Hari/Tanggal : Kamis/ 17 Desember 2015
Waktu : 08.00 - 13.00
Tempat : Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Alamat : Jalan Moch. Kahfi II Setu Babakan, Kel. srengseng Sawah, Kec.Jagakarsa, Jakarta Selatan
B. Sejarah Setu Babakan
Danau Babakan atau yang lebih dikenal dengan nama Setu Babakan yang terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan. Setu Babakan digunakan sebagai pusat perkampungan budaya Betawi untuk menjaga warisan budaya Jakarta, yaitu budaya asli betawi. Di perkampungan ini masyarakat Setu Babakan masih mempertahankan budaya dan cara hidup khas Betawi, memancing, bercocok tanam, berdagang, membuat kerajinan tangan dan membuat makanan khas betawi. Melalui cara inilah, mereka aktif menjaga lingkungan dan meningkatkan taraf hidupnya.

Dalam sejarahnya, penetapan Setu Babakan sebagai kawasan cagar budaya Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Sebelum itu pemerintah Jakarta juga pernah berencana menetapkan kawasan Condet Jakarta Timur, Kemayoran Jakarta Pusat, Rorotan Jakarta Utara. Namun melalui SK Gubernur No. 9 tahun 2000 dipilhlah perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan cagar budaya Betawi. Dengan mempertimbangkan 3 aspek yaitu aspek kultur dan budaya, aspek pendukung dan aspek masyarakat. Faktor yang paling penting adalah aspek kultur dan budaya, karena ditempat ini kita masih dapat melihat pohon kecapi, pohon melinjo, pohon krendang, pohon jamblang, dll.
Tujuan utama didirikannya Setu Babakan adalah:
1. Melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi secara keseluruhan baik berbentuk fisik maupun nonfisik.
2. Meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal dikawasan perkampungan budaya Betawi
Dimana ada tujuan pasti ada fungsi. Ada 6 fungsi perkampungan budaya Betawi, yaitu:
1. Sarana pemukiman
2. Sarana ibadah
3. Sarana informasi
4. Sarana pelestarian
5. Sarana penelitian
6. Saran pariwisata
C. Proses Observasi
Dalam kesempatan observasi ini kami mahasiswa kelas B PGSD UNJ 2015 berkgesempatan mengunjungi perkamlungan budaya Betawi Setu Babakan dengan tujuan mempelajari kebudayaan betawi dan menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan betawi. Dikesempatan kali ini kami dapat mempraktekkan membuat makanan khas betawi yaitu kembang goyang, batik tulis bermotif ondel-ondel dan membuat miniatur boneka khas betawi yaitu ondel-ondel. Berikut penjelasannya: 




1. Kembang Goyang




 
Kue kembang goyang adalah salah satu kue tradisional khas betawi. Nama kembang goyang berasal dari bentuknya yang menyerupai kelopak bunga atau kembang dan proses pembuatannya digoyang-goyang. Kue ini sangat sederhana cara membuatnya dan bahan-bahannya. Dalam observasi ini kami dapat melihat langsung pembuatan kue dan dapat langsung merasakan cara membuatnya karena kami mempraktekkannya. Berikut bahan-bahan yang digunakan:
1. Gula pasir
2. Garam
3. Telur
4. Mentega
5. Tepung terigu
6. Santan
7. Minyak goreng
8. Air

Alat-alat yang dibutuhkan:
1. Wajan
2. Kompor
3. Cetakan khusus kembang goyang
Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Campur semua bahan yang telah disebutkan tadi sesuai kebutuhan
2. Bahan-bahan yang telah dicampurkan tersebut diaduk hingga tercampur rata dan licin. Adonan tidak boleh terlalu kental dan tidak boleh terlalu cair
3. Panaskan minyak dengan jumlah banyak. Dan panaskan juga cetakan dengan cara direndam didalam wajan yang berisi minyak panas
4. Setelah cetakan mulai panas, masukkan cetakan ke dalam adonan. Catatan: cetakan tidak boleh ditenggelamkan sepenuhnya karena akan mengakibatkan adonan sulit dilepas. Dan cetakan juga tidak boleh ditenggelamkan setengah karena akan mengakibatkan hasil kembang goyang yang kecil
5. Masukamn cetakan yang sudah bersalut adonan ke dalam minyak, tetapi jangan sampai menyentuh dasar wajan
6. Kemudian, goreng sambil goyang-goyangkan cetakan hingga adonan terlepas
7. Setelah adonan berwarna kekuningan, segera angkat dan tiriskan
8. Kembang goyang siap disajikan



2. Batik tulis



Setelah melakukan observasi mengenai kembang goyang, kami pindah tempat menuju pembuatan batik tulis khas betawi. Batik tidak selalu identik dengan sebuah kerajinan dari Jawa, namun, kerajinan pada batik juga dapat kita temukan ditanah betawi yaitu Jakarta. Berbagai motif dan corak batik khas betawi diproduksi dengan mengangkat unsur kebudayaan betawi yang dipengaruhi oleh 4 unsur budaya, yaitu: budaya Arab, budaya India, budaya Belanda dan budaya Cina. Secara umum, awalnya batik ini terbagi menjadi lima jenis motif, yakni ondel-ondel, nusa kelapa,  ciliwung, rasa malu dan salaka negara yang memiliki asal-usulnya masing-masing. Sedangkan untuk warna dari kerajinan batik Betawi lebih dominan dengan warna-warna cerah seperti merah, hijau, orange dan kuning.
Di perkampungan budaya betawi Setu Babakan ini dalam proses pembuatan batik dilakukan dengan 2 cara, yaitu batik tulis dan batik cap. Untuk pembuatan cetakan batik cap, cetakan dapat dibuat sekitar 1 bulan tetapi apabila motifnya rumit di buat dalam kurun waktu 3 bulan. Dan untuk pembuatan batik tulis sebelum dilukis dengan lilin malam menggunakan canting dibuat dahulu desain atau motifnya. Kami pun dapat merasakan membatik tulis. Berikut adalah alat dan bahannya:
1. Kain yang sudah di desain
2. Canting
3. Gawangan
4. Lilin malam yang dicairkan
5. Panci dan kompor kecil untuk memanaskan
6. Larutan pewarna    
Setelah alat dan bahan lengkap, berikut langkah-langkah membatik:
1. Siapkan alat dan bahan
2. Kain yang sudah didesain dilukis dengan menggunakan canting dan mengikuti pola yang sudah ada
3. Setelah diberi lilin malam, kain dapat dicelupkan pada warna tertentu
4. Setelah dicelupkan kain tersebut dijemur dan dikeringkan
5. Proses selanjutnya, menghilangkan lilin malam dari kain tersebut dengan cara meletakkan kain tersebut dengan air panas diatas tungku
6. Proses terakhir adalah mencuci kain batik tersebut dan kemudian mengeringkannya dengan menjemurnya
7.  Setelah kering kain batik dapat digunakan


3. Ondel-ondel






Ondel-ondel bisa dibilang boneka besar, pertunjukkan karya betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Ondel-ondel memiliki tinggi sekitar 2,5 meter dan dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya divmcat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan dicat dengan warna putih. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat.
Dengan derasnya modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota Jakarta. Biasanya ondel-ondel diiringi dengan alat musik tanjidor, gendang tepok, gendang kempul, tehyan, kenong, dll. Dalam observasi yang kita lakukan, terakjir setelah mempraktekkan membuat kembang goyang dan membatik, kami membentuk ondel-ondel dalam bentuk kecil atau miniatur, yang bahan utamanya adalah kok. Membuat miniatur ondel-ondel ini cukup mudah karena ukurannya yang kecil dan bahan bahan yang mudah didapat. Bahan-bahannya yaitu:
1. Kok
2. Kain flanel yang sudah dibentuk
3. Lem fox
4. Mute mute yang sudah disusun dengan paku kecil
5. Kertas bertuliskan ondel-ondel
6. Mata plastik
7. Spidol


Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
1. Lem kain flanel untuk bagian bawah kok
2. Tempel kain flanel di bagian bawah leher kok, setelah itu diselimuti kain flanel yang berbentuk menyerupai baju
3. Tempel kain flanel di bagian samping kanan dan kiri agar menyerupai tangan
4. Bentuk kain flanel hitam dibagian kepala agar menyerupai rambut. Jangan lupa untuk memberi lem
5. Di bagian dahi diberi hiasan kain flanel agar menyerupai ronce
6. Di bagian wajah ditempelkan mata plastik dan ditambahkan alis serta mulut dengan spidol
7. Untuk badan bagian depan ditempelkan kertas bertuliskan ondel-ondel dengan arah miring
8. Terakhir tusuk mute mute pada bagian kepala


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kegiatan observasi ini sangat penting dan bermanfaat, karena dengan melakukan observasi dapat memberikan informasi lebih banyak dan memperkenalkan betapa beragamnya kebudayaan yang dimiliki Indonesia. Keberagaman kebudayaan Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyaknya kekayaan Indonesia, yang sangat disayangkan jika luntur dan tidak dilestarikan. Maka dari itu pemerintah melakukan upaya dengan membuat perkampungan budaya betawi dimana pemerintah mengharapkan agar kebudayaan ini tetap bertahan di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi. Tetapi tidak hanya pemerintah saja yang harus mempertahankan itu semua. Pemerintah juga membutuhkan bantuan masyarakat Indonesia untuk tetap mempertahankan dan melestarikan kebudayaan dimulai dari hal yang kecil dan sederhana.

B. Saran
Sebagai masyarakat Indonesia kita harus mempertahankan dan melestarikan kebudayaan kita sendiri dan tidak terpengaruh oleh kebudayaan asing. Untuk melestarikannya dimulai dari hal yang kecil, misalnya makan makanan khas Indonesia, menanam pohon-pohon khas Indonesia. Berperilaku ramah juga merupakan khas Indonesia, serta memulai dengan menggunakan produk dalam negeri. Semoga saran yang diberikan dapat membantu mempertahankan kebudayaan bangsa Indonesia.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar