Sabtu, 26 Desember 2015

TRI WULAN PANDANSARI 1815151120

LAPORAN HASIL OBSERVASI KUNJUNGAN DI SETU BABAKAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS.
Dosen pengampu : Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd




Disusun Oleh :
Nama   : Tri Wulan Pandansari
NIM      : 1815151120
Kelas   : B PGSD 2015

Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
Tahun 2015





KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada kita. Sehingga laporan ini bisa selesai. Laporan ini dibuat secara ringkas tetapi penjelasannya lengkap.
Laporan ini dapat kita gunakan sebagai tempat pembelajaran dan dapat membuka wawasan tentang kebudayaan Betawi.
Dan saya tidak lupa pula untuk mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. Ajatcapkan banyak terimakasih kepada Dr. Ajat Sudrajat, M.pd. Selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak memberikan ilmunya kepada saya pembimbing saya yang telah banyak memberikan ilmunya kepada saya dalam pembelajaran ini. Sehingga saya dapat dalam pembelajaran ini. Sehingga saya dapat menyusun laporan ini dengan baik dan benasun laporan ini dengan baik dan benar. Dan kepada Bapak Jaharudin, selaku kasubag yang telah mengijinkan kelas kami dalam melakukan observ. Dan kepada Bapak Jaharudin, selaku kasubag yang telah mengijinkan kelas kami dalam melakukan observasi ini. Serta kepada Bapak Sahroni, selaku guide maupun narasumber yang telah menjelaskan dan menemani kelas kami dalam observasi ini dari awa yang telah menjelaskan dan menemani kelas kami dalam observasi ini dari awal hingga akhir. Demikianlah laporan ini disusun, semoga bermanfaat. Kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan.




Jakarta, 19 Desember 2015




Penulis



 
[ i ]


DAFTAR ISI
                 Halaman
Kata Pengantar....................................................               i
Daftar Isi..............................................................              ii

BAB I Pendahuluan
A.     Latar Belakang...............................................             1
B.     Rumusan Masalah.........................................              1
C.     Tujuan Observasi...........................................              1
D.     Tujuan Laporan.............................................               1
E.      Manfaat Kunjungan.......................................              1
F.       Manfaat Pembuatan Makalah..........................            1

BAB II Pembahasan
A.      Perkampungan Budaya Betawi.........................           2
B.      Proses Observasi Budaya.................................            3
1.       Membuat Kembang Goyang............................            4
2.       Membuat Batik Khas Betawi............................           5
3.       Membuat Ondel-Ondel Khas Betawi................           6


BAB III Penutup
A.      Kesimpulan.......................................................           7
B.      Saran.................................................................           7
C.      Dokumentasi....................................................            8




[ ii ]





BAB I
PENDAHULUAN

1.1   Latar belakang.
      Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri, atau mempelajari daya tarik budaya dengan manfaat potensi budaya dari tempat yang dikunjungi yang dapat kita manfaatkan.
Kawasan perkampungan budaya Betawi di Setu Babakan merupakan salah satu tempat wisata budaya yang sangat meninggikan dan mengangkat budaya Betawi, sehingga kebudayaan Betawi mampu dikenal oleh masyarakat yang bukan berasal atau berbudaya Betawi.
      Maksud dari penulisan ini adalah sebagai penambah wawasan bagi mahasiswa tentang kawasan tujuan wisata budaya terutama di Setu Babakan.
1.2   Rumusan Masalah.
  1. Jelaskan tentang kebudayaan Betawi yang ada di Setu Babakan?
  1. Bagaimana cara pembuatan ondel-ondel?
  1. Bagaimana cara pembuatan kembang goyang?
  1. Bagaimana cara pembuatan batik?
1.3   Tujuan Observasi.
  1. Menambah pengetahuan tentang kebudayaan Betawi.
  1. Memberi informasi tentang pelestarian wisata budaya Betawi.
1.4   Tujuan Laporan.
         Laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Konsep Dasar IPS sebagai dokumentasi dari kunjungan ke perkampungan budaya Betawi yang berada di Setu Babakan, Srengseng Sawah, Jakarta Selatan.

1.5   Manfaat Kunjungan.
1.     Mahasiswa dapat lebih mengetahui keanekaragaman budaya Betawi.
2.     Menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan di Indonesia, salah satunya ialah kebudayaan Betawi.

1.6   Manfaat Pembuatan Makalah.

1.       Untuk menambah bahan pembelajaran bagi mahasiswa.
2.       Bermanfaat bagi pembaca dan memberi pengetahuan.




 [ 1 ]



BAB II
PEMBAHASAN


2.1   Perkampungan Budaya Betawi.
Perkampungan budaya Betawi adalah suatu kawasan di Jakarta Selatan dengan komunitas yang tumbuh dan di kembangkan oleh budaya yang meliputi gagasan dan karya baik fisik maupun non fisik, yaitu adat istiadat,foklor, sastra, kuliner, pakaian, atau arsitektur yang bercirikan kebetawian.
                Kawasan Perkampungan Budaya Betawi terletak di kelurahan Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa kota Administrasi, Jakarta Selatan, dengan luas sekitar 285 hektar. Dengan batas fisik Sebelah utara : Jl. Mochammad Kahfi II sampai dengan Jl. Desa Putra (Jl. H. Pangkat). Sebelah timur : Jl. Desa Putra (Jl. H. Pangkat) Jl. Pratama (WIKA, Mangga Bolong Timur) Jl. Lapangan Merak. Sebelah selatan : Batas wilayah provinsi DKI Jakarta dengan kota Depok. Sebelah barat : Jl. Mochammad Kahfi II.
                Dahulu, tokoh-tokoh betawi yang menaungi organisasi-organisasi betawi. Pada waktu itu ada 67 organisasi betawi dan sekarang sudah lebih dari 67 oranisasi. Akhirnya, tokoh-tokoh tersebut mengusulkan kepada pemerintah untuk membuat satu tempat yang namanya Perkampungan Betawi. Ada beberapa tempat yang diusulkan untuk dijadikan perkampungan budaya betawi, yaitu Condet, Rorotan (Jakarta Utara), Srengseng (Jakarta Barat), Jakarta Timur, Kemayoran (Jakarta Pusat), dan Srengseng Sawah (Jakarta Selatan). Dilihat dari 3 aspek, yaitu aspek masyarakat, aspek kultur dan budaya, dan aspek pendukungnya. Dari ketiga aspek, yang paling cocok adalah di Srengseng Sawah - Jakarta Selatan. Srengseng Sawah Jakarta selatan ini memiliki dua danau, salah satunya danau atau setu alam, ada setu babakan dan ada setu manggabolong.

2.1.1   Tujuan Utama Pembangunan Perkampungan Budaya Betawi.
  1. Melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi secara keseluruhan baik itu secara fisik maupun non fisik. 
  1.  Meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan budaya betawi.
Jadi,  intinya pemerintah ingin mengangkat harkat dan martabat orang betawi, baik itu dari aspek budaya maupun dari aspek ekonomi.

2.1.2   Ada 6 Fungsi Perkampungan Budaya Betawi :
  1. Sebagai sarana pemukiman,
  1. Sebagai sarana ibadah, 
  1. Sebagai sumber informasi,
  1. Sebagai sarana pelestarian dan pengembangan,
  1. Sebagai sarana penelitian,
  1. Sebagai sarana pariwisata.

2.1.3   Ada 3 Potensi Wisata yang Akan Dikembangkan :
  1. Wisata Budaya, yaitu suatu kegiatan sebagai upaya menumbuhkan kembali nilai-nilai tradisional yang di kemas sehingga layak tampil, layak tonton, dan layak jual.
  1. Wisata air, yaitu upaya meningkatkan daya tarik wisata dari aspek olahraga air yang mampu menarik wisatawan.
  1. Wisata argo, yaitu suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha pertanian (*agro) sebagai obyek wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan ilmu pengetahuan, memperkaya pengalaman dan memberikan peluang usaha di bidang pertanian.

2.1.4   Betawi tidak lepas dari percampuran budaya, baik itu budaya lokal maupun dengan budaya luar negeri. Bisa dilihat dari bahasa, pakaian, makanan, kesenian. Hal tersebut terjadi karena adanya akulturasi atau pernikahan antara orang pribumi dengan orang cina, ataupun orang luar negeri lainnya.
            Peresmian sebagai kawasan cagar budaya dilakukan pada tahun 2001, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI Jakarta ke-474.




 [ 2 ]




2.2   Proses Observasi Budaya.
Pada kesempatan kali ini kami mahasiswa dari kelas B PGSD 2015, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta, berkesempatan mengunjungi perkampungan budaya betawi setu babakan, dengan tujuan untuk membuka wawasan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan Indonesia. Di setu babakan ini kami mengikuti observasi yang telah di tetapkan, baik dari makanannya, batiknya, serta sumber kreativitasnya. Namun, tidak semua yang ada di setu babakan ini kami amati, hanya beberapa saja.
Kegiatan yang kami ikuti dan amati ialah sebagai berikut :
1.       Membuat kembang goyang.
2.       Membuat batik khas betawi.
3.       Membuat miniatur ondel-ondel.
Dari kegiatan tersebutlah kami baru memahami, bahwasanya kebudayaan betawi sangatlah unik dan menarik, serta mudah dilihat namun sulit jika dibuat tanpa bakat dan berlatih.




[ 3 ]




2.2.1 Membuat Kembang Goyang.
                Kue Kembang Goyang adalah salah satu kue tradisional khas Betawi. Dibuat dari tepung beras. Kue kering ini disebut Kembang Goyang karena ketika akan digoreng cetakan digoyang-goyangkan di atas minyak panas. Sesuai namanya, kue kembang goyang bentuknya menyerupai bunga atau kembang yang sedang mekar. Kembang goyang sendiri merupakan nama sejenis perhiasaan yang dipasangkan di rambut atau sanggul konde dan dapat bergerak-gerak/bergoyang karena memiliki pegas yang biasa dipakai oleh pengantin-pengantin Jawa. Proses pembuatan kembang goyang di setu babakan ini masih asli dan tidak terpengaruh budaya lain, seperti tidak menggunakan bahan pewarna. Proses pembuatan di bimbing oleh salah satu pengurus kebudayaan betawi yaitu Mpok Uyun.
               
Bahan-bahan yang di perlukan :

1.       Telur ayam mentah
2.       Mentega
3.       Gula pasir
4.       Garam
5.       Santan kelapa
6.       Tepung terigu
7.       Tepung beras
8.       Minyak goreng
9.       Air mineral

Alat-alat yang dibutuhkan :
1.      Wajan
2.      Kompor
3.      Mixer
4.      Cetakan khusus yang dapat di temukan di pasar tradisional.

Cara Membuat Kue Kembang Goyang :
1.     Kocok telur ayam dan gula halus dengan menggunakan mixer sampai mengembang.
2.     Masukkan tepung beras dan tepung terigu sedikit demi sedikit sambil di aduk rata.
3.     Tambahkan garam dan air lalu tuang santan kelapa kedalamnya, sambil terus diaduk hingga adonan licin, tidak kental, dan juga tidak encer.
4.     Panaskan minyak dalam jumlah banyak dengan api yang sedang.
5.     Celupkan cetakan kedalam adonan kue kembang goyang lalu goreng dengan cara menggoyang-goyangkan cetakan sampai adonan terlepas.
6.     Tunggu hingga adonan berwarna kuning kecoklatan dan matang angkat dan tiriskan.
7.     Kue kembang goyang siap di sajikan.




[ 4 ]





2.2.2 Membuat Batik Khas Betawi.
 Motif dari batik betawi terbagi menjadi beberapa jenis diantaranya yaitu ondel-ondel, nusa kelapa, ciliwung rasamala, dan salaka negara. Motifnya lebih banyak bercirikan khas betawi seperti alat musik tanjidor, gambang kromong, ondel-ondel, kota kuno.
Ciri khas kain batik betawi yaitu kain sarung dengan menonjolkan motif tumpal, yaitu bentuk motif geometris segitiga sebagai barisan yang memagari bagian kepala kain dan bahan kain. Saat di kenakan, tumpal harus ada di bagian depan. Motif burung hong juga masuk dalam ciri khas batik betawi sebagai perlambangan kebahagiaan.
Batik betawi memiliki keunikan di banding batik khas daerah lain. Keunikan yang ada terdapat pada warnanya yang mencolok, begitu juga motifnya. Motif batik lebih terfokus pada kesenian buadaya betawi yang dipengaruhi oleh budaya Arab, Cina, India, dan Belanda.
Teknik Pembuatan Batik Tulis.
Proses pembuatan batik tulis adalah proses yang membutuhkan tehnik, ketelitian, dan kesabaran yang tinggi.  Hal ini disebabkan oleh segala sesuatu proses pembuatannya dikerjakan manual dengan menggunakan tangan terampil manusia (ditulis) tanpa menggunakan mesin. harga batik tulis merupakan salah satu jenis batik yang termahal dari semua jenis batik yang ada di Indonesia.

Bahan-bahan pembuatan batik tulis.
1.       Canting.
2.       Pensil pola.
3.       Kain mori putih/kain sutera/kain katun.
4.       Lilin malam (wax).
5.       Kompor atau alat pemanas lilin malam (wax).
6.       Wajan.
7.       Bahan pewarna kain.
Proses Pembuatan Batik Tulis.
1.  Siapkan kain mori/ sutra, kemudian dibuat motif diatas kain tersebut dengan menggunakan pensil.
2.  Setelah motif selesai dibuat, sampirkan atau letakkan kain pada gawangan.
3.  Nyalakan kompor/ anglo, letakkan malam/ lilin ke dalam wajan, dan panaskan wajan dengan api kecil sampai  malam/ lilin mencair sempurna.  Untuk menjaga agar suhu tetap 70 derajat celcius biarkan api yang ada di kompor/ anglo tetap menyala kecil.
4.  Tahap selanjutnya, menutupi kain dengan malam/ lilin pada bagian-bagian yang akan tetap berwarna putih (sama dengan warna dasar kain). 
5.  Pada proses membatik dimulai dengan mengambil sedikit malam cair dengan menggunakan canting, tiup-tiup sebentar biar tidak terlalu panas kemudian torehkan/ goreskan canting dengan mengikuti motif.  Dalam proses ini harus dilakukan dengan hati-hati agar jangan sampai malam yang cair menetes diatas permukaan kain.
6.  Setelah semua motif yang tidak ingin diwarna atau diberi warna yang lain tertutup oleh malam/lilin, selanjutnya dilakukan proses pewarnaan.  Siapkan bahan pewarna di dalam ember, kemudian celupkan kainnya ke dalam larutan pewarna.  Proses pewarnaan pertama pada bagian yang tidak tertutup oleh malam/ lilin.  Pewarnaan dilakukan dengan cara mencelupkan kain tersebut pada warna tertentu.  Kain dicelup dengan warna yang lebih muda, dilanjutkan dengan warna lebih tua atau gelap pada tahap berikutnya.
7.  Setelah dicelupkan dalam pewarna, kain tersebut di jemur dan dikeringkan.
8.  Setelah kering dilakukan proses pelorodan (lilin dikerik dengan pisau), kemudian kain di rebus bersama-sama dengan air yang telah diberi soda abu, kemudian Kain disetrika sehingga lilin menjadi meleleh. 
9.  Kain yang telah berubah warna tadi direbus dalam air panas. Apabila diinginkan beberapa warna pada batik yang kita buat, maka proses dapat diulang beberapa kali tergantung pada jumlah warna yang kita inginkan.
10.Setelah kain bersih dari malam/ lilin dan dikeringkan, dapat dilakukan kembali proses pembatikan dengan penutupan malam/ lilin menggunakan alat canting untuk menahan warna berikutnya.
11.Selanjutnya proses pencelupan warna yang kedua, dengan memberikan malam/ lilin lagi, pencelupan ketiga dst.
12.Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke campuran air dan soda ash untuk mematikan warna yang menempel pada batik, dan menghindari kelunturan.
13.Proses terakhir adalah mencuci /direndam air dingin dan dijemur sebelum dapat digunakan dan dipakai.






[ 5 ]





2.2.3 Membuat Ondel-Ondel Khas Betawi.
            Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta rakyat. Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan.
            Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat miniatur ondel-ondel.
 


1.      Kok bulutangkis.
2.      Kain flanel.
3.      Gunting.
4.      Spidol dan pensil.
5.      Lem.
6.      Mata-mataan.
7.      Kertas.
8.      Plastik parcel.

Cara membuat ondel-ondel mini.
1.  Siapkan kain flanel yang akan di pola, lalu pola bagian baju dengan flanel berwarna hijau, pola bagian baju dalam dengan kain flanel berwarna oren, pola mahkota dengan kain flanel yang berwarna pink (merah muda), pola kerudung atau penutup kepala dengan kain flanel yang berwarna hitam, pola bagian tangan dengan kain flanel yang berwarna merah.
2.  Setelah semua pola dibuat, kita dapat menempelkan kain-kain flanel yang telah menjadi bagian-bagian sesuai dengan tempatnya di kok yang menjadi kerangka tubuh ondel-ondel.
3.  Selanjutnya, ketika telah tersusun rapih, kita dapat menghias ondel-ondel dengan menambahkan mata, alis, mulut, dan pernak pernik di atas kepala ondel-ondel tersebut, serta memaikaikan selendang.
4.  Jika semua itu telah selesai, kita dapat membungkus miniatur ondel-ondel tersebut dengan plastik parcel, sehingga tampilannya semakin menarik.
5.  Akhirnya, ondel-ondel pun siap di pajang ataupun di pasarkan.






[ 6 ]





BAB III
PENUTUP


3.1   Kesimpulan.
      Kebudayaan Betawi yang ada di Setu Babakan, merupakan kebudayaan asli dari DKI Jakarta dan memiliki jenis makanan, musik, serta pakaian. Menggunakan bahasa dengan 2 dialeg, kemudian terdapat foklor dan ondel-ondel sebagai pertunjukkan khasnya. Ini membuktikan bahwa setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki budaya daerah masing-masing. Salah satunya iaalah budaya Betawi.

3.2   Saran.
     Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita harus menjaga dan melestarikan keanekaragaman kebudayaan di Indonesia. Upaya pelestarian tidak hanya dilakukan oleh pemerintah. Namun, perlu dukungan dari masyarakatnya juga, agar rencana pemerintah bisa di realisasikan.





[ 7 ]





DOKUMENTASI

Penyerahan plakat kepada bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd.


Proses pembuatan kembang goyang bersama Ibu Uyun.

Bahan pembuatan batik khas betawi.






Proses pembuatan batik tulis.




Proses pembuatan batik dengan cara mengecap/dicap.




 







Tempat pembuatan batik khas betawi.


Galeri penyimpanan hasil dari batik khas betawi.


Proses pembuatan ondel-ondel khas betawi.











Ondel-ondel mini khas betawi yang telah saya buat.














[ 8 ]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar