ERKAMPUNGAN
BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN
Diajukan
untuk memenuhi
Salah
Satu Tugas Konsep Dasar IPS
Dosen
Pengampu
Dr.
Ajat Sudrajat, M.Pd
Disusun
Yunita
Charoline (1815151340)
Pendiikan
Guru Sekolah Dasar
Fakultas
Ilmu Pendidikan
Universitas
Negeri Jakarta
Tahun
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan
karunia-Nya, sehingga proses penulisan Laporan Observasi ini dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Saya sadar bahwa apa yang telah saya peroleh tidak semata-mata hasil dari
jerih payah saya sendiri tetapi hasil dari keterlibatan semua pihak. Oleh sebab
itu, saya menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak
Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd, selaku dosen pembimbing.
2. Abang
Roni selaku juru pembicara Setu Babakan.
3. Bapak
Djaharudin selaku Kasubag Setu Babakan.
4. Bak
dan Ibu seta staf/ karyawan Setu Babakan.
5. Kakak-kakak batik Setu Babakan.
6. Abang-abang pembuat ondel-ondel Setu Babakan.
7. Pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan,
atas bantuan, doa serta dukunganya yang berhubungan dengan
pelaksanaan observasi ini.
Semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan mendapat pahala dan
hikmah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Saya menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan laporan ini masih banyak
kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan, untuk itu kritik dan
saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan
Laporan Observasi ini..
Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi kita
semua.
Jakarta, 28 Desember 2015
Yunita Charoline
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Kegiatan kunjungan observasi
ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan merupakan program yang telah
dirancang oleh Dosen mata kuliah IPS. Program tersebut sebelumya mengenai
kunjungan observasi ke tempat-tempat yang khas akan penduduknya yang lebih
mengenai suku yang bertempat tinggal, ciri khas, dan sebagainya.
Oleh karena itu, kami
memilih melakukan kegiatan obervasi ke Perkampungan Budaya Betawi di Setu
Babakan tersebut karena memperhitungkan waktu, jarak tempuh, serta karena Setu
Babakan merupakan cikal bakalnya ibu kota negara Indonesia.
Perkampungan Kebudayaan
Betawi Setu Babakan merupakan sebuah kawasan perkampungan yang ditetapkan
Pemerintah Jakarta sebagi tempat pelestarian dan pegembangan Budaya Betawi
secara berkesinambungan. Setu Babakan, sebagai sebuah kawasan Cagar Budaya
Betawi, sebenarnya merupakan objek wisata perkampungan budaya ini didirikan
pada 18 Agustus 2000 dengan diterbitkan
Surat Keputusan Gubernur DKI Nomor 92 Tahun 2000. Sejak diterbitkannya
SK itulah satu demi satu fasilitas dibangun, perkmpungan dan setu yang ada didalamnya
dibangun dan ditata pada pertengahan Oktober 2000. Hingga akhirnya diresmikan
oleh GUbernur DKI Jakarta Sutiyoso pada 20 Januari 2001.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan
secara singkat sejarah tentang Perkampungan Budaya Betawi Settu Babakan?
2. Jelaskan
fasilitas yang ada pada Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan !
3. Jelaskan
proses kegiatan observasi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan?
C. Tujuan Kegiatan
1. Mengetahui
sejarah singkat tentang Perkampungan Betawi Setu Babakan.
2. Mengetahui
fasilitas yang ada pada Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
3. Mengetahui
proses kegiatan observasi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
D. Manfaat Kegiatan
Ketika melakukan observasi,
mahasiswa memperoleh pengetahuan mengenai ciri khas rumah adat, makanan, dan
karya dari suku Betawi. Mengetahui program atau rencana kedepan dari
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, serta memperoleh keterampilan dalam
membuat sovenir berupa ondel-ondel mini, membantik kas Betawi, dan membuat
kembang goyang.
E. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1. Tempat
Tempat
obervasi dilaksanakan di Jl. Kramat Batu No. 77 RT 012 RW 008 kel,
Srengseng kec, Jagakarsa Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan. Jakarta Selatan.
2. Waktu
Pelaksanaan
Kamis, 17
Desember 2015 Pukul 09.00 S/D selesai.
F. Jenis Kegiatan
1. Observasi/
pengamatan.
2. Wawancara.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Sejarah
Singkat Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Perkampungan Budaya Betawi
Kelurahan Srengseng Jagakarsa Jakarta Selatan memiliki sejarah yang cukup
penting. Kawasan Srengseng yang dekat Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan,
merupakan salah satu pemukiman yang telah dikenal semenjak jaman Kerajaan
Salangkanagara, yaitu kerajaan tua yang ada pada abad dua Masehi dan pada saat
itu berpusat di kawasan Condet Jakarta. Pada masa itu penduduknya bermata
pencaharian bertani dan menganut pada tinggal yang berpindah-pindah.
Dilihat dari sejarahnya,
Perkampungan Budaya Betawi ini terbagi menjadi tiga bagian, yang pertama
sejarah kampung Kalibata, kedua sejarah Setu Babakan dan ketiga sejarah Perkampungan
Budaya Betawi. Pertama sejarah kampung. Kampung ini dulunya disebut kampung
Kalibata. Konon sejarahnya dari mulut ke mulut mengatakan dulu ada seorang
ksatria yang sedang melintas dikampung itu, tiba-tiba sakin dan muntah darah
yang darahnya itu berbentuk bata. Cerita ini masih dalam penelurusan bukti dan
konon bukti berupa bata, saat ini masih disimpan oleh kong Ri’ih yang masih
hidup.
Kedua, sejarah nama Setu
Babakan. Nama Setu Babakan itu awalnya adalah kerena letak situ/danau tersebut
dekat dengan Babakan. Pada kurang lebih 70 tahun yang lalu, setu membentang
dari utara ke selatan, ini masih dikembanglahan yang ditumbuhi pohon-pohon
besar dan rawa-rawa yang lembab yang sulit dilalui, rimah masih sangat terbatas
antara 7-8 buah, ketika orang menuju situ maka harus melewati kampung yang
disebut Babakan. Ketika orang bertanya mau kemana? Maka jawabnnya adalah ke
situ dekat Babakan. Semnejak itu nama situ itu terkenal dengan sebutan Situ
Babakan. Selain itu pada masa kolonial Belanda di situ itu dibangun tanggul
meghubungi daerah lain dengan kampung seberangnya (sebelah utara), namun lama
kelamaan situ sebelah selatan, yang saat itu seluas sekitar 18 Ha.
Ketiga sejarah Perkampungan
Budaya Betawi. Perkampungan Budaya Betawi baru dimulai beberapa tahun yang
lalu, namun sebelumnya atau semenjak Pemerintahan Ali Sodikin kawasan ini
sebenarnya sudah direncanakan untuk dijadikan sebagai daerah Cagar Budaya untuk
mendampingi Condet. Ketika itu sering diadakan pertunjukkan Budaya Betawi, yang
sehari sebelumnya diadakan acara “Ngubek Setu” dan besoknya diadakan acara
lomba nangkap ikan dengan memperebutkan hadiah berupa radio dan tv kemudian
dilanjutkan dengan berbagai pertunjukkan hiburan Budaya Betawi seperti topeng
atau gambang kromong.
Adapun ide penetapan kawasan
tersebut sebagai kawasan wisata berasal dari arahan Bappeda Daerah Khusus Ibu
Kota Jakarta pada acara pengarahan para Pempro Dinas Pariwisata DKI Jakarta di
Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah pada bulan Februari 1996. Pada waktu
itu disampaikan mengenai adanya satu lokasi situ yang perlu dijaga sebagai
daerah resapan air di wilayah Jakarta Selatan dan diharpakn dapat dikembangkan
oleh Suku Dinas Pariwisata Jakarta Selatan sebagai unggulan objek wisata.
Di Setu Babakan dikembangkan
2 setu yaitu setu alam, proses dari alam tetapi sudah mengalami perubahan dan
setu buatan yang dibuat oleh manusia. Karena respon masyarakat, ada penambahan
zona di area Setu Babakan, Pemerintah membangun,
melestarikan dan mengembangkan Budaya Betawi. Ini
merupakan proyek jangka panjang. Misalnya yang fisik seperti rumah-rumah Betawi
yang nonfisik seperti pelestarian seninya. Kesenian Budaya Betawi bisa ditonton
oleh masyrakat, yang pegelaran Budaya Betawi dari 1-4 minggu seperti: pecak
silat, tanjidor, lenong, tata graha, dll. Kegunaannya adalah meningkatkan
perekonomian masyarakat Betawi dan Pemerintah mengangkat harkat martabat
ekonomi dan budaya. Lalu adapun fungsinya yaitu sebagai sarana ibadah, sarana
informasi, sarana permukiman, sarana pelestarian dan pengembangan, sarana
penelitian, dan sarana pariwisata yang beekarakteristik dan berbudaya Betawi.
B. Fasilitas yang ada apada Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan
Untuk menunjang fungsi
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan pariwisata dibutuhkan fasilitas.
Berdasarkan informasi dan pengelola, pembangunan Perkampungan Budaya Betawi
sampai saat ini mencapai 80 % yang terdiri dari:
1. Pintu Gerbang
Pintu utama untuk akses
keluar masuk pengunjung yaitu pintu gerbang yang dinamakan pintu gerbang pintu
satu. Pintu ini dibuat dengan arsitektur Betawi. Letaknya berada di Jalan Setu
Babakan RT 009/008 ini menuju ke komplek pengelola Perkampungan Budaya Betawi
dan batasan dengan jalan Moh. Kahfi 2, dan pintu gerbang ini dilengkapi dengan
ruang jaga keamanan, listrik, meja, dan kursi.
2. Panggung Teater Terbuka dan Plaza
Fasilitas seluas kurang
lebih 355 m²
terletak ditengah komplek Budaya Betawi. Di tempat inilah berbagai pertunjukan
serta atraksi budaya Betawi di tampilkan. Dan dilengkapi dengan sarana lain
seperti terdapat ruang tata rias, gudang properti, dan WC dua ruang. Selain itu
pelataran di depan panggung juga digunakan sebagai tempat untuk berlatih menari
bagi anggota sanggar pada tiap hari Sabtu dan Minggu.
3. Wisma Betawi
Tempat
ini merupakan bangunan yang digunakan sebagai sarana penginapan yang ada di PBB
yang dapat disewakan. Bangunan ini dilengkapi dengan fasilitas 1 ruang tidur
wanita dengan kapasitas 6 orang. 1 ruang tidur pria kapasitas 6 orang, 4 ruang
mandi/shower. 4 ruang WC, 1 ruang tidur utama kapasitas 8 orang, 1 pentri dan
ruang masak dan 1 ruang bersama/serambi.
4. Rumah adat
Rumah
adat ini merupakan milik salah seorang tokoh setempat yaitu Bapak Samin Jebul.
Dibagian muka rumah adat, wisatawan dapat menggunakannya dengan menyewa melalui
pengelola Perkampungan Budaya Betawi.
5. Musholla
Tempat
ini digunakan untuk pengunjung yang lain melakukan Ibadah Sholat. Mushollah ini
terletak dibelakang kantor pengelola, dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi,
tempat wudhu untuk laki-laki dan perempuan serta alat Sholat seperti sarung,
sajadah, dan mukena.
6. Sarana Parkir
Lapangan
parkir seluas 102㎡
ini hanya dapat menampung kurang lebih 50 sepeda motor terletak dibelakang
panggung terbuka. Bagi wisatawan yang membawa kendaraan mobil dapat memarkir kendaraannya
ditempat parkir yang sudah disediakan oleh warga letaknya berada di sebelah
barat Situ Babakan dekat loket taman bermain, luas lapangan parkir ini kurang
lebih 500㎡
yang dapat menampung kurang lebih 29 mobil sedan.
7. Kantor pengelola
Bangunan
seluas 164 ㎡
ini, dilengkapi dengan 4 fasilitas 4 buah kamar kecil/WC, 1 buah ruang rapat, 1
serambi, dan 2 buah ruang kantor. Gedung ini digunakan sebagai kantor pengelola
kampung Betawi. Didalam kantor pengelola ini juga terdapat sovenir-sovenir yang
dijual kepada wisatawan seperti gantungan kunci, ondel-ondel, kaos, topi, dan
cendera mata lainnya yang bertuliskan Kampung Budaya Betawi.
8. Galeri
Tempat
ini digunakan untuk pameran, acara-acara resmi lainnya. Dan juga bisa disewakan
untuk acara-acara lainnya seperti arisan keluarga. Luas bangunan tersebut
sekitar 165㎡.
C. Proses kegiatan
observasi
Dalam
kesempatan kali ini kami mahasiswa UNJ kelas B PGSD 2015 berkesempatan
mengunjungi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan yang dengan tujuan menumbuhkan
rasa cinta terhadap Kebudayaan Indonesia, dan mempelajari kebudayaan serta
mengenal lebih dalam keseharian masyarakat Betawi yang berada disekitar Setu
Babakan, sangat menarik sekali bila berkunjung ke tempat Budaya Betawi,
mengingat Betawi adalah budaya khas Ibu Kota. Mengikuti alur yang sudah
ditetapkan kami mempelajari kebudayaan Betawi dari maknanya, sumber
kreatifitasnya dan lain-lain, tidak semua kami ikuti dalam observasi ini, hanya
beberapa kegiatan saja. Beberapa kegiatan yang kami ikuti dan teliti sebagai
berikut:
1. Membuat kembang
goyang
Kembang
goyang jajanan khas Betawi ini, berasal dari kata kembang dan goyang.
Menggunakan kata kembang karena cetakannya yang berbentuk bunga atau kembang,
dan menggunakan kata goyang karena prosesnya penggorengannya dengan cara
digoyangkan.
Proses
pembuatan kembang goyang ini tentunya sangat menarik dan dapat diteliti lebih
dalam lagi mengingat jajanan ini sangat populer di masyarakat sampai saat ini,
bahkan di daerah lain, hanya saja pembuatan di Setu Babakan ini masih asli dan
tidak terpengaruh budaya lain, seperti tidak menggunakan bahan pewarna. Proses
pembuatan di bimbing oleh salah satu pengurus kebudayaan Betawi yaitu Mpo Uyon.
Bahan
yang digunakan untuk membuat kembang goyang, yaitu:
a. Telur
b. Mentega
c. Gula pasir
d. Garam
e. Tepung terigu
f. Santan kelapa
g. Air putih
h. Minyak goreng
Alat-alayt
yang dibutuhkan untuk membuat kembang goyang, yaitu:
a. Wajan
b. Kompor
c. Cetakan khusus yang
dapat ditemukan di pasar tradisional
d. Sumpit untuk
mengangkat kue kembang goyang setelah digoreng
Cara
membuat kembang goyang, yaitu:
a. Campurkan terlebih
dahulu gula pasir, telur, dan ¼ mentega. Lalu di aduk hingga merata sampai gula
pasir larut.
b. Setelah itu campurkan
garam kira-kira satu sendok teh kecil, campurkan santan kelapa dan tepung terigu,
dan air dengan kira-kira saj agar adonan tidak terlalu kental dan tidak terlalu
cair.
c. Panaskan minyak
goreng dengan jumlah yang banyak, dan juga panaskan cetakan kembang goyang
dengan cara dimasukkan kedalam wajan.
d. Setelah cetakan mulai
panas, masukkan cetakan ke dalam adonan tetapi cetakan tidak di tenggelamkan,
karena akan mengakibatkan adonan sulit di lepas.
e. Masukkan cetakan yang
sudah bersalut adonan kedalam minyak, tetapi jangan sampai menyentuh dasar
wajan.
f. Kemudian, goyakan
cetakan hingga adonan terlepas.
g. Setelah itu goreng
adonan hingga bewarna keemasan, lalu segera angkat dan tiriskan.
h. Kembang goyang siap
disajikan.
2. Membuat kerajinan
batik suku Betawi
Seperti
batik daerah lain, batik suku Betawi juga memiliki cara pembuatan yang sama
yaitu menggunakan cap dan tulis menggunakan catting. Yang membedakan batik suku
Betawi dengan batik daerah lain yaitu motifnya. Adapun cara membuat batik
sebagai berikut:
a. Batik tulis
1) Membuat pola dengan
menggunakan pensil.
2) Proses pembatikan
menggunakan catting dengan warna dari bahan alami yang telah dicampur dengan
mallam (sejenis lilin)
3) Proses pewarnaan
4) Pengeringan
b. Batik cap
1) Memanaskan mallam
atau lilin di atas kain yang telah diberi air.
2) Mencelupkan cap batik
di atas kain yang telah bercampur dengan mallam.
3) Tiriskan sebentar,
lalu capkan pada kain.
4) Lakukan terus sesuai
pola.
3. Membuat kerajinan
ondel-ondel
Ondel-ondel
merupakan bagian khas dari masyarakat suku Betawi cara membuat ondel-ondel
dahulu membutuhkan waktu dan ritual tertentu karena berkaitan dengan manfaat
dan fungsinya.
a. Jaman dahulu :
mengusir hantu, tolak bala, dsb.
b. Jaman sekarang :
pajangan, hiburan.
Dalam
observasi tersebut kami hanya membuat ondel-ondel mini dari bekas settie cokk
dan potongan kain yang telah disediakan, serta asesoris untuk mata dan hiasan
kepala ondel-ondel.
4. Penutupan
Dalam
kegiatan kunjungan observasi tersebut ditutup dengan sederhana oleh Bang Roni,
dan waktu pukul 13.00 untuk Isoma. Setelah kami semua selesai makan, kami pun
membicarakan sedikit untuk pulang. Setelah selesai kami pulang masing-masing
dengan bus UNJ dan ada yang pulang dengan kendaraan sendiri.
BAB III
PENUTUPAN
PENUTUPAN
A. Kesimpulan
Kegiatan
kunjungan observasi ke Perkampungan Betawi Setu Babakan, memiliki banyak
manfaat baik untuk para pengunjung maupun bagi masyarakat sekitar cagar budaya
tersebut. Manfaat yang diperoleh bagi pengunjung berupa, keterampilan,
informasi, dan motifasi dalam memperthankan budaya yang ada di Indonesia
khususnya suku Betawi dan manfaat yang diperoleh bagi warga sekitar.
B. Kesan
Kesan,
menurut saya sangat menyenangkan melakukan observasi kunjungan Kebudayaan
Betawi Setu Babakan mengenal lebih dalam bagaimana dan mengetahui kebudayaan
Betawi serta kehidupan sehari-hari masyarakat Betawi di Perkampungan Betawi Setu
Babakan dan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan bertujuan untuk
melestarikan kebudayaan Betawi di Jakarta. Sambutan ataupun karyawan sangat
ramah dan baik, banyak pengalaman yang kami peroleh dari observasi kunjungan
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kami banyak memperoleh informasi yang
dierlukan untuk membuat laporan tentang observasi Kebudayaan Betawi.
C. Saran
Saya
harap masyarakat akan sadar akan pentingnya buadaya Betawi pada generi penerus
bangsa. Maka dari itu marilah sama-sam amelestarikan kebudayaan Betawi di
Jakarta sebagai seorang mahasiswa tentunya kita mempunyai peran penting dalam
melesatarikan budaya Betawi ini.
BAB IV
LAMPIRAN
A. Pembukaan
Ada
beberapa sambutan dan pemberian plakat kepada Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd,
kepada Bapak Kasubag Setu Babakan.
B.
Membuat Kembang Goyang
Ditempat ini kami dijelaskan bahan apa saja, dan cara
membuat kembang goyang serta mencoba menggoreng kembang goyang .
1. Bahan membuat kembang
goyang
2. Mencoba menggoreng
kembang goyang.
C. Membuat Batik
Kami
ditempat ini melihat cara membuat batik serta mempraktikkan membuatnya.
1.sketsa / gambaran
batik tulis.
2.
Batik tulis yang diwarnai.
3.
Proses membuat sketsa batik cap.
4.
Cetakan batik cap.
5.
Cara membuat batik cap
6.
Tempat dan alat untuk mempraktikkan membuat batik.
7. Proses mencatting
bating serta hasilnya.
D. Membuat
ondel-ondel
Ini
adalah acara terakhir, kami diajarkan membuat ondel-ondel dan hasilnya dibawa
pulang.
1. Bahan membuat
ondel-ondel
2. Hasil dari membuat ondel-ondel
Tidak ada komentar:
Posting Komentar