Minggu, 27 Desember 2015

RESTU TRIANA PUTRI 1815151037


OBSERVASI
ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Konsep Dasar IPS
Dosen pengampu: Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd


RESTU TRIANA PUTRI
1815151037

Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Jakarta
2015

KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, karunia, serta taufik hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah Obsevasi ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan dengan lancar meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga saya berterimakasih kepada Bapak Ajat Sudrajat, M.Pd selaku Dosen mata kuliah Konsep Dasar IPS UNJ yang telah memberikan tugas ini kepada saya dan teman-teman. Pengalaman, wawasan, dan pengetahuan kami tentang kebudayaan Betawi bertambah dengan diberikannya tugas ini.
Saya menyadari makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna, tetapi saya telah berusaha untuk memberikan yang terbaik semampu saya. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik dan saran demi perbaikan makalah yang telah dibuat pada masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
            Semoga makalah ii dapat dipahami dan memberikan manfaat sesuai yang diharapkan bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan yang akan datang.




Jakarta, 19 Desember 2015


Penulis



DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I             PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
D.    Manfaat
BAB II                        PEMBAHASAN
A.    Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
B.     Kebudayaan Betawi
C.     Kegiatan Observasi
1.      Membuat Kembang Goyang
2.      Membuat Kerajinan Batik Tulis
3.      Membuat Kerajinan Ondel-ondel
BAB III          PENUTUP                                                                                                      
A.    Kesimpulan                                                                                               
B.     Saran                                                                                                         
C.     Lampiran                                                                                                   






BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sehubungan dengan adanya mata kuliah Konsep Dasar IPS, dengan rujukan dosen kami yaitu Bapak Ajat Sudrajat, M.Pd, kami mahasiswa UNJ kelas B PGSD 2015 melakukan kunjungan ke Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kami melaksanakan kunjungan ke Perkamungan Budaya Betawi Setu Babakan dengan maksud untuk mendapatkan informasi tentang kebudayaan masyarakat Betawi di pusat kota yang mana dapat terpengaruh pada era globalisasi ini yang menyebabkan lunturnya unsur-unsur budaya di kehidupan masyarakat modern.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana perkembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan?
2.      Apa saja tradisi dari kebudayaan Betawi?
3.      Terdapat potensi apa saja yang ada si Perkampungan Budaya Betawi?
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui perkembangan Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.
2.      Untuk mengetahui apa saja tradisi dari kebudayaan Betawi.
3.      Untuk mengetahui ada potensi apa saja yang terdapat di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
D.    Manfaat
1.      Mendapatkan informasi tentang keanekaragaman kebudayaan Betawi
2.      Dapat mengetahui tujuan Perkampungan Budaya Betawi dibuat
3.      Dapat mengetahui terdapat potensi apa saja di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
4.      Dapat menumbuhkan rasa cinta pada kebudayaan Indonesia, terutama kebudayaan Betawi
5.      Dapat melestarikan kebudayaan agar tidak tersingkirkan oleh zaman


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
Perkampungan Budaya Betawi adalah suatu kawasan di Jakarta Selatan dengan komunitas yang ditumbuhkembangkan oleh Budaya yang meliputi gagasan dan karya. Baik fisik maupun non fisik, yaitu adat istiadat, foklor, sastra, kuliner, pakaian, serta arsitektur yang bercirikan kebetawian.
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan mulai dibangun pertengahan Oktober tahun 2000 dengan acuan berdasarkan dengan SK (Surat Keputusan) Gubernur No. 92 tahun 2000. Berdasarkan SK tersebut dibuatlah tahap pembangunan awal Perkampungan Budaya Betawi. Awalnya luas Perkampungan Budaya Betawi hanya 165 hektar, namun sekarang diperluas menjadi 289 hektar berdasarkan dengan Perda No. 3 tahun 2005. Zona inti atau zona embrionya kurang lebih seluas 4000 meter. Sebenarnya sebelum Pemerintah membangun Perkampungan Budaya Betawi, orang Betawi sudah mempunyai cagar budaya Betawi. Sekitar tahun 1972 pada zaman Pak Ali Sadikin yang pada zaman tersebut beliau adalah Gubernur Provinsi DKI Jakarta, pernah mencanangkan membuat sebuah cagar budaya Betawi yang berada di Jakarta Timur, yaitu Condet, Batu Ampar, dan Bale Kambang. Daerah tersebut dicanangkan sebagai sebuah cagar budaya Betawi, namun sayang karena seiring perkembangan zaman, akhirnya Condet tergusur oleh zaman itu sendiri. Penyebabnya karena ada pembangunan, pertumbuhan penduduk yang tidak terbendung. Akhirnya, banyak penduduk yang bukan penduduk asli membeli lahan-lahan kosong tersebut dan terjadilah terkikisnya budaya Betawi yang ada di sana.
Berdasarkan dengan terkikisnya budaya Betawi yang ada di Condet, tokoh-tokoh Betawi merasa khawatir jika nanti Condet tidak sesuai dengan apa yang diharapkan atau dianggap gagal nantinya orang Betawi tidak punya tempat atau wadah untuk mengembangkan dan melestarikan budayanya. Akhirnya tokoh-tokoh Betawi mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk membuat suatu tempat yang bernama Perkampungan Budaya Betawi. Pada saat itu dimasukkan dalam  rancangan kerja BAMUS dan mengusulkan beberapa tempat untuk dijadikan Perkampungan Budaya Betawi BAMUS kependekan atau singkatan dari Badan Musyawarah Masyarakat Betawi. BAMUS adalah suatu wadah yang di dalamnya tergabung tokoh-tokoh Betawi. BAMUS juga menaungi organisasi-organisasi Betawi, yang dulunya ada sekitar 67 organisasi dan sekarang sudah lebih dari 67 organisasi Betawi.
Ada kurang lebih lima tempat yang tersebar di wilayah provinsi DKI Jakarta yang diusulkan untuk menjadi Perkampungan Budaya Betawi. Pertama, Condet-Jakarta Timur yang diajukan kembali. Kedua, Rorotan-Jakarta Utara. Ketiga, Srengseng-Jakarta Barat. Keempat, Kemayoran-Jakarta Pusat. Kelima, Srengseng Sawah-Jakarta Selatan. Dilihat dari tiga aspek, yang pertama aspek masyarakat, kedua aspek kultur dan budayanya, ketiga aspek pendukung atau aspek alamnya. Dari ketiga aspek tersebut dilihat dari kelima wilayah yang dipilih, dan yang cocok adalah di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan. Pertama, dilihat dari masyarakatnya, masyarakat yang tinggal di kawasan Perkampungan Budaya Betawi mayoritas masih orang Betawi asli. Kurang lebih pada awalnya 60% berbanding 40%. 60 persennya orang Betawi dan 40 persen orang pendatang, seperti Jawa, Sunda, Aceh, dan sebagainya. Di tempat lain justru lebih sedikit orang Betawi aslinya yang tinggal dibandingkan dengan di Srengseng Sawah. Kedua, karena masih mayoritasnya orang Betawi yang tinggal di kawasan Srengseng Sawah, secara otomatis kulturnya masih terjaga. Kita masih bisa melihat kebiasaan-kebiasaan orang Betawi dari bangun tidur sampai tidur lagi. Misalnya, dari cara mereka bicara, makanan yang mereka konsumsi, adat yang mereka pakai. Yang ketiga, yang tidak kalah pentingnya adalah faktor kulturnya atau faktor penunjangnya. Yaitu, masih banyak pohon-pohon khas Betawi yang dapat dilihat di Perkampungan Budaya Betawi, di tempat lain belum tentu apalagi di Jakarta Pusat. Adapun pohon-pohon khas Betawi yaitu, pohon melinjo, pohon rendang, pohon kecapi, pohon buni, pohon gohok, dan pohon lobi-lobi.
Ada dua tujuan pokok kenapa Pemerintah harus susah payah mengeluarkan biaya yang luar biasa, yaitu:
1.      Untuk melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi secara keseluruhan. Yang berbentuk fisik maupun nonfisik. Fisik yaitu dengan membangun rumah-rumah berarsitektur Betawi. Nonfisik yaitu dengan mengembangkan proses adat. Secara keseluruhan, berkesinambungan, terus menerus karena Perkampungan Budaya Betawi merupakan proyek jangka panjang. Dengan itu, yang perlu dikembangkan salah satunya yaitu yang berkaitan dengan keseniannya. Kita dapat melihat dan mempelajari bermacam-macam kesenian Betawi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Salah satunya adalah pergelaran kesenian yang diadakan setiap hari minggu. Contohnya lenong, topeng, tanjidor, tarian betawi, gambang kromong, dan sebagainya. Kemudian yang berkaitan dengan kesenian betawi ada pakaian adat atau tata busana budaya Betawi. Adapun tatagraha yaitu arsitektur rumah yang bergaya adat budaya Betawi. Lalu kulinernya, yaitu makanan maupun minuman khas Betawi, seperti dodol, kembang goyang, tape uli, roti buaya, kerak telor, dan bir pletok. Dan terakhir ada foklornya, yaitu cerita-cerita legenda masyarakat Betawi.
2.      Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan Perkampungan Budaya Betawi. Pemerintah ingin mengangkat harkat dan martabat orang Betawi. Baik itu dari aspek budaya maupun ekonominya.

Ada 6 fungsi Perkampungan Budaya Betawi, yaitu:
1.      Sebagai sarana pemukiman atau tempat tinggal.
2.      Sebagai sarana ibadah, karena orang Betawi mayoritas muslim.
3.      Sebagai sarana informasi.
4.      Sebagai sarana pelestarian dan pengembangan.
5.      Sebagai sarana penelitian.
6.      Sebagai sarana pariwisata.
Pemerintah membangun Perkampungan Budaya Betawi bukan semata-mata hanya untuk pariwisata saja, tetapi yang paling penting adalah tempat untuk pembelajaran atau edukasi. Jika ingin dijadikan tempat pariwisata, pariwisatanya harus berkarakteristik yang berbudaya Betawi. Misalnya, ingin membuat reoni akbar di Perkampungan Budaya Betawi dan ingin ada hiburannya. Hiburannya tidak boleh band, dangdut, dan sebagainya. Melainkan harus bernuansa Betawi ataupun Islami. Adapun Perkampungan Budaya Betawi mempunyai acara festival tahunan yaitu dalam rangka ulangtahun Jakarta, atau pekan desember yaitu dalam rangka pergantian tahun. Konten atau isinya kegiatan lomba membuat makanan khas Betawi, lomba membuat ondel-ondel, prosesi adat, dan sebagainya.
Di 289 hektar Perkampungan Budaya Betawi, ada tiga potensi wisata yang akan dikembangkan, yaitu:
1.      Wisata Budaya, suatu kegiatan sebagai upaya menumbuhkan kembali nilai-nilai tradisional yang dikemas agar layak tampil, layak tonton, dan layak jual. Budaya yang dapat dinikmati langsung adalah:
·         Pergelaran seni musik, tari dan teater tradisional di area teater terbuka.
·         Pelatihan seni tari, musik dan teater tradisional bagi anak-anak dan remaja.
·         Latihan silat betawi setiap malam jumat.
·         Aktifitas tradisional masyarakat Betawi, seperti bercocok tanam, menjala dan memancing ikan, budidaya ikan air tawar, dan sebagainya.
·         Atraksi wisata dan prosesi budaya (upacara pernikahan, sunatan, qhatam Qur’an, aqiqah, nujh bulanan, injak tanah, ngaderes, dll)
·         Hasil industri rumah tangga seperti souvenir, bir pletok, jus belimbing, kerak telor, laksa, toge goring, gado-gado, soto, ikan pecak, dodol, geplak, onde-onde, dan masih banyak lagi.
2.      Wisata Air, upaya untuk meningkatkan daya tarik wisata aspek olahraga air yang mampu menarik wisatawan. Dua buah setu yang dimiliki oleh Perkampungan Budaya Betawi yaitu setu babakan dan setu manggabolong. Wisata air yang dapat dinikmati adalah sepeda air, olahraga kano, dan memancing.
3.      Wisata Agro, suatu bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan pertanian sebagai obyek wisata dengan tujuan rekreasi, keperluan pengetahuan, memperkaya pengalaman dan memberikan peluang usaha di bidang pertanian.

B.     Kebudayaan Betawi
Ada yang bilang orang Betawi pasti orang Jakarta, tapi orang Jakarta belum tentu orang Betawi. Karena awalnya dari akar. Apabila akarnya Betawi dia adalah orang Betawi. Tapi, jika dia akarnya bukan dari Betawi, namun tinggal lama di ingkungan yang mayoritas Betawi tetap saja dia bukan orang Betawi, karena kultur atau akar tidak bisa dibohongi. Menurut narasumber kami, yaitu Bang Roni, jika ada orang yang Bapaknya Betawi dan Ibunya Jawa, orang tersebut disebut orang Betawi tidak masalah. Karena ada akarnya yang merupakan orang Betawi. Atau orang yang bukan merupakan orang Betawi minimal sudah lama tinggal di lingkungan yang mayoritas orang Betawi dan paham serta tahu tentang budaya yang ditempatinya. Namun, jangan sampai menghilangkan akar budaya awalnya.
Jika membicarakan tentang Budaya Betawi pasti tidak lepas dari yang namanya akulturasi, atau percampuran budaya. Baik itu budaya Betawidengan budaya local maupun dengan budaya luar. Dapat kita lihat dari bahasa, pakaian, dan kesenian. Contoh pada bahasa, panggilan untuk orantua perempuan dengan sebutan “nyak” dan untuk orangtua laki-laki “babeh” atau “baba”. Bahasa tersebut merupakan bahasa Cina yang diadopsi atau dipakai menjadi bahasa Betawi. Pada kesenian, misalnya music gambang kromong, di mana ada salah satu alat musiknya yang digesek, di mana dari budaya Cina bernama alat musik Tehyan. Pada pakaian,misalnya pakaian pengantin, yang laki-laki berdandan ala haji dengan memakai sorban dan gamis. Yang perempuan pada penghias kepalanya ada yang seperti hordeng atau tirai, dandanan tersebut ala Cina. Jadi, budaya Betawi merupakan campuran antara budaya Cina dan budaya Arab.
Adapun macam-macam Betawi, ada Betawi Pinggir atau Ora, Betawi Tengah, dan sebagainya. Contoh dari Betawi Tengah yaitu di daerah Buncit, Mampang. Bahasanya “e”, contoh: “mau kemane?”. Adapun Betawi Ora di Bekasi, cara berbicaranya  bahasanya agak norak, misalnya: “itu bocah sakit ora semenggah”.
C.     Kegiatan Observasi
1.      Membuat Kembang Goyang


Kembang goyang berasal dari kata kembang dan goyang. Menggunakan kata kembang karena cetakannya yang berbentuk seperti kembang atau bunga, dan menggunakan kata goyang karena proses menggorengnya dengan cara digoyangkan cetakannya. Kembang goyang merupakan makanan khas Betawi, yang dulunya keluar atau ada pada saat acara-acara orang Betawi saja. Misalnya resepsi, hari raya, dan sunatan. Namun sekarang sudah setiap hari dapat kita nikmati. Sekarang kembang goyang merupakan jajanan khas Betawi. Proses pembuatan kembang goyang dibimbing oleh salah satu pengurus Perkampungan Budaya Betawi, yaitu Mpok Uyun.

·         Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kembang goyang:
1)      Telur
2)      Gula pasir
3)      Mentega
4)      Garam
5)      Santan kelapa
6)      Tepung terigu
7)      Tepung beras
8)      Air putih
9)      Minyak goreng

·         Cara membuat:
1)      Masukkan gula pasir, telur, mentega, dan garam secukupnya. Aduk sampai gula halus.
2)      Lalu masukkan santan kelapa, tepung terigu, tepung beras, dan air secukupnya. Aduk sampai adonan tidak terlalu kental dan tidak terlalu cair.
3)      Panaskan minyak goreng dan panaskan juga cetakan kembang goyang dengan cara dimasukkan ke dalam minyak pada wajan sambil menunggu adonan tercampur rata.
4)      Setelah adonan siap dan cetakan sudah mulai panas, masukkan  cetakan ke dalam adonan, tetapi jangan sampai tenggelam di adonan, karena akan membuat adonan sulit dilepas ketika di goyangkan.
5)      Masukkan cetakan yang berbalut adonan ke dalam minyak, tetapi jangan sampai menyentuh dasar wajan.
6)      Lalu goyangkan cetakan hingga adonan terlepas.
7)      Kemudian goreng adonan hingga berwarna keemasan, segera angkat dan tiriskan.
8)      Kembang goyang siap dihidangkan.

2.      Membuat Kerajinan Batik Tulis



Dalam pembuatan batik ada dua macam, yaitu batik cap dan batik tulis. Dalam membuat batik cap, kita harus membuat cetakannya terlebih dahulu baru bisa mengecap. Pembuatan batik cap tidak sampai sebulan, kira-kira kurang lebih seminggu batik cap proses pembuatannya sudah selesai. Berbeda dengan batik tulis. Prosesnya lebih lama dibandingkan dengan proses pembuatan batik cap. Batik tulis decanting terlebih dahulu, lalu proses pewarnaan. Juga tergantung motifnya rumit atau tidak, lalu ada berapa warna yang dipakai. Bentuk bahan juga mempengaruhi lama atau tidaknya pembuatan batik tulis.

3.      Membuat Kerajinan Ondel-ondel


Dalam membuat kerajinan ondel-ondel, kita harus menyiapkan bahan-bahannya terlebih dahulu, seperti lem, bola kok, bahan flanel yang telah dibentuk, mata-mataan dan spidol. Pertama, lapiskan bola kok dengan bahan flanel yang sudah dibentuk sebagai pakaiannya sampai semuanya tertutup kecuali bagian kepala. Lalu tempelkan bahan flanel yang dibentuk sebagai rambutnya, lalu bahan flanel yang dibentuk mahkota, dan flanel yang dibentuk untuk tangannya. Tempelkan mata pada bagian depan ondel-ondel. Kemudian lukis wajahnya sesuai keinginan. Setelah itu, tempelkan penghias kepala dan terakhir tempelkan tulisan “ondel-ondel” di bagian depan. Kerajinan ondel-ondel sudah jadi. Agar bernilai ekonomi, ondel-ondel dibungkus dengan plastik lalu diikat. Kerajinan ondel-ondel pun siap dijual. Ondel-ondel tersebut juga bisa dijadikan sebagai hiasan rumah dan oleh-oleh dari Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan.














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Perkampungan Budaya Betawi adalah suatu kawasan di Jakarta Selatan dengan komunitas yang ditumbuhkembangkan oleh Budaya yang meliputi gagasan dan karya. Baik fisik maupun non fisik, yaitu adat istiadat, foklor, sastra, kuliner, pakaian, serta arsitektur yang bercirikan kebetawian. Ada dua tujuan pokok dibangunnya Perkampungan Budaya Betawi, pertama, untuk melestarikan dan mengembangkan kebudayaan Betawi secara keseluruhan. Kedua, untuk meningkatkan perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan Perkampungan Budaya Betawi.
Perkampungan Budaya Betawi mempunyai enam fungsi, yaitu sebagai sarana pemukiman atau tempat tinggal, sarana ibadah, sarana informasi, sarana pelestarian dan pengembangan, sarana penelitian, dan sarana pariwisata. Ada tiga potensi wisata yang akan dikembangkan di Perkampungan Budaya Betawi. Pertama, wisata budaya; kedua, wisata air; ketiga, wisata agro. Pada hari saat kunjungan ke Perkampungan Budaya Betawi kami mahasiswa UNJ kelas B PGSD 2015 melakukan beberapa kegiatan, yaitu diantaranya membuat kembang goyang, membuat kerajinan batik tulis, dan membuat kerajinan ondel-ondel.
B.     Saran
Kegiatan observasi di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan merupakan suatu kegiatan yang sangat bermanfaat, untuk itu disarankan kepada generasi penerus bangsa seperti kita dapat mengetahui informasi mengenai kebudayaan dan tradisi adat Betawi lebih dalam lagi di Perkampungan Budaya Betawi. Betawi merupaan salah ssatu kebudayaan yang ada di Nusantara. Dengan melakukan observasi ini, kita dapat menumbuhkan rasa cinta pada kebudayaan Indonesia dan dapat melestarikan kebudayaan Indonesia agar tidak tersingkirkan oleh zaman.
A.    Lampiran

Bang Roni sedang menjelaskan tentang kembang goyang dan dilanjutkan oleh Mpok Uyun menjelaskan cara untuk membuat kembang goyang.



Ini adalah tempat untuk membuat dan mencanting batik tulis.



Bang Roni dan rekannya sedang menjelaskan bagaimana cara membuat kerajinan tangan ondel-ondel.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar