LAPORAN OBSERVASI KONSEP DASAR IPS
“PERKAMPUNGAN BUDAYA BETAWI SETU
BABAKAN”
Diajukan
untuk memenuhi tugas akhir Konsep dasar IPS
Dosen
pengampu:
Dr.
Ajat Sudrajat, M.Pd
Disusun
oleh:
Faiz
Azhar Arhayu
1815151278
Kelas
B PGSD 2015
Pendidikan
Guru Sekolah Dasar
Fakultas
Ilmu Pendidikan
Universitas
Negeri Jakarta
Tahun
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT, karena atas nikmat
sehat, rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan laporan observasi untuk
memenuhi tugas akhir mata kuliah Konsep Dasar IPS ini dapat selesai dengan
tepat waktu. .Laporan kunjungan mengenai kebudayaan betawi ini tidak lepas dari
dukungan berbagai pihak, Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ingin
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd selaku
dosen pembimbing yang memberikan kesempatan
kepada kami semua untuk melakukan kunjungan ini
3. Bang Roni, selaku guide dan pengarah kunjungan
BUDAYA BETAWI SETU BABAKAN
2.
Pihak-pihak narasumber Perkampungan
Betawi Setu Babakan
3.
Pihak panitia yang telah bekerja
untuk dapat melakukan kegiatan observasi ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya untuk
para pembaca dan tidak lupa saya mohon maaf apabila dalam penyusunan laporan
ini terdapat kesalahan dari keseluruhan laporan ini. Saya sadar bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat saya
harapkan demi pembuatan makalah yang lebih baik kedepannya.
Jakarta, 19 Desember 2015
Faiz Azhar Arhayu
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Betawi adalah salah satu etnik di Indonesia yang kaya akan
budayanya. Di jakarta terdapat sebuah cagar budaya Betawi yaitu Setu babakan
dimana di sana budaya Betawi sangat dilestarikan.
Sehubungan dengan mata kuliah Konsep Dasar IPS yang
mempelajari antropologi, sekiranya setu babakan adalah objek yang tepat sebagai
sarana dalam kunjungan kami sebagai mahasiswa agar lebih memami mengenai
antropologi yang ada di budaya Betawi.
B. Tujuan kunjungan
1. Memperkenalkan serta memberi wawasan
kepada Mahasiswa mengenai perkampungan Betawi Setu Babakan
2. Mengetahui cara pembuatan kue tradisional khas Betawi
kembang goyang
3.
Mengetahui cara pembuatan batik
betawi
4. Mengetahui cara pembuatan miniatur ondel-ondel
C. Manfaat kunjungan
Dengan adanya kunjungan ke perkampungan budaya Betawi setu
babakan ini, diharapkan mahasiswa dapat menambah wawasan mengenai kebudayaan
Betawi, serta potensi yang ada pada kebudayaan tersebut, dan dapat menumbuhkan
rasa cinta akan kebudayaan yang ada.
D. Pelaksanaan kunjungan
Kunjungan dilaksanakan dengan keterangan sebagai berikut:
a. Lokasi kunjungan
Lokasi yang dikunjungi adalah Perkampungan Budaya Betawi
Setu Babakan, kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan jagakarsa, Kota administrasi
Jakarta Selatan.
b. Waktu Kunjungan
Waktu kunjungan yaitu pukul 09.00-13.00 WIB, pada hari Kamis,
17 Desember 2015
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEBUDAYAAN BETAWI SETU BABAKAN
Perkampungan Budaya
Betawi Setu Babakan terletak di Srengseng Sawah, kecamatan Jagakarsa, Jakarta
Selatan, Indonesia. Setu babakan merupakan danau buatan dengan area 32 hektar
dimana airnya berasal dari Sungai Ciliwung. Fungsi utama Setu Babakan adalah
sebagai pusat Perkampungan Budaya Betawi, yaitu suatu area yang dijaga untuk
melestarikan warisan budaya Jakarta, yakni budaya asli Betawi.
Setu Babakan memiliki enam fungsi,
yaitu:
1.
sarana ibadah,
2.
sarana pemukiman,
3.
sarana informasi,
4.
sarana pelestarian dan pengembangan,
5.
sarana penelitian, dan
6.
sarana pariwisata.
Setu
Babakan juga memiliki dua tujuan, yaitu:
1.
Mengangkat harkat dan martabat masyarakat Betawi, maksudnya secara budaya ingin
melestarikan dan mengembangkan budaya Betawi secara keseluruhan.
2.
Mengangkat perekonomian masyarakat yang tinggal di kawasan perkampungan betawi.
Setu babakan adalah kawasan perkampungan yang
ditetapkan Pemerintah Jakarta sebagai tempat pelestarian dan pengembangan
Budaya Betawi. Setu babakan awalnya hanyalah perkampungan warga biasa. Bahkan,
sampai saat ini sekitar 60% dari warga disekitar Setu Babakan merupakan warga
asli suku Betawi. Setu Babakan, sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi, sebenarnya
merupakan objek wisata yang terbilang baru. Peresmiannya sebagai kawasan cagar
budaya dilakukan pada tahun 2004, yakni bersamaan dengan peringatan HUT DKI
Jakarta ke-474. Perkampungan ini dianggap masih mempertahankan dan melestarikan
budaya khas Betawi, seperti bangunan, kuliner, dialek bahasa, seni tari, seni
musik, seni drama, dan seni beladiri.
Penetapan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya
Betawi sebenarnya sudah direncanakan sejak tahun 1996. Awalnya, Pemerintah DKI
Jakarta berencana menetapkan kawasan Condet, Jakarta Timur, sebagai kawasan
Cagar Budaya Betawi, namun gagal dilakukan karena seiring bejalannya waktu
budaya Betawi pada perkampungan tersebut semakin luntur. Setelah kegagalan
tersebut, Pemerintah DKI Jakarta kemudian merencanakan kawasan baru sebagai
pengganti kawasan yang sudah direncanakan tersebut. Melalui SK Gubernur No. 9 tahun
2000 dipilihlah perkampungan Setu Babakan sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi.
Sejak tahun penetapan ini, pemerintah dan masyarakat mulai berusaha merintis
dan mengembangkan perkampungan tersebut sebagai kawasan cagar budaya yang layak
didatangi oleh para wisatawan. Setelah persiapan dirasa cukup, pada tahun 2004,
Setu Babakan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Sutiyoso,
sebagai kawasan Cagar Budaya Betawi. Sebelum itu, perkampungan Setu Babakan
juga merupakan salah satu objek yang dipilih Pacifik Asia Travel Association
(PATA) sebagai tempat kunjungan wisata bagi peserta konferensi PATA di Jakarta
pada bulan Oktober 2002.
Perkampungan Setu Babakan adalah sebuah kawasan
pedesaan yang lingkungan alam dan budayanya yang masih terjaga. Wisatawan
yang berkunjung ke kawasan cagar budaya ini akan melihat pepohonan rindang yang
akan menambah suasana sejuk dan tenang ketika memasukinya. Pepohonan di Setu
Babakan merupakan tanaman-tanaman khas Betawi, seperti buni, belimbing, dukuh,
menteng, gandaria, mengkudu, namnam, kecapi, krendang , durian, jengkol,
rambutan, kemuning dan tanaman-tanaman lainnya. Di Setu Babakan pengunjung juga
dapat melihat rumah-rumah berarsitektur khas Betawi yang masih dipertahankan
keasliannya, meskipun sudah ada beberapa rumah adat Betawi modern. Di
perkampungan ini juga banyak terdapat warung yang menyediakan makanan-makanan
khas Betawi, seperti ketoprak, ketupat nyiksa, kerak telor, ketupat sayur,
bakso, laksa, arum manis, soto betawi, mie ayam, soto mie, roti buaya, bir
pletok, nasi uduk, kue apem, toge goreng, tahu gejrot, dan lain sebagainya.
Wisatawan yang berkunjung ke Setu Babakan juga dapat
menyaksikan pagelaran seni budaya Betawi, antara lain tari cokek, tari topeng,
kasidah, marawis, seni gambus, lenong, tanjidor, gambang kromong, dan
ondel-ondel yang sering dipentaskan di sebuah panggung terbuka berukuran 60
meter persegi setiap hari Sabtu dan Minggu. Selain pagelaran seni, pengunjung
juga dapat menyaksikan prosesi-prosesi budaya Betawi, seperti upacara pernikahan,
sunat, akikah, khatam Al-Qur‘an, dan nujuh bulan, atau sekedar melihat para
pemuda dan anak-anak latihan menari dan silat khas Betawi, Setu Babakan memang
sering dipergunakan untuk acara-acara masyarakat, tetapi setiap acara yang
dilaksanakan di Setu Babakan harus bernuansa budaya Betawi, bukan budaya lain.
Contohnya ketika diadakan prosesi pernikahan di Setu Babakan, tidak boleh
mengadakan panggung dangdutan karena itu bukan budaya Betawi.
Yang baru dari Setu Babakan adalah telah dibangunnya
dua jembatan gantung, sehingga pengunjung dapat menyinggahi pulau buatan di
tengah Setu Babakan. Pulau buatan tersebut adalah pulau yang bertemakan Budaya
Betawi, di pulau tersebut akan dipenuhi oleh Kebudayaan Betawi yang benar-benar
asli tanpa nuansa modern, seperti rumah adat Betawi asli yang dipergunakan
masyarakat Betawi pada masanya.
B. PROSES OBSERVASI BUDAYA
Dalam kesempatan kali ini kami mahasiswa UNJ kelas B
PGSD 2015 berkesempatan mengunjungi Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini
dangan tujuan menumbuhkan rasa cinta terhadap kebudayaan khas Betawi, dan
mempelajari Kebudayaan serta mengenal lebih dalam keseharian masyarakat Betawi
yang berada di sekiar Setu Babakan, sangat menarik sekali bila berkunjung ke
tempat budaya betawi, mengingat betawi adalah budaya khas DKI Jakarta namun tak
disangka malah semakin menghilang dan bergeser ke piggiran Ibu kota. Mengikuti
alur yang sudah di tetapkan kami mempelajari kebudayaan betawi dari makanannya,
sumber kreativitasnya dan lain lain, tidak semua kami ikuti dalam observasi
ini, hanya beberapa saja. Beberapa kegiatan yang kami ikuti dan teliti sebagai
berikut:
C. RANGKAIAN
KEGIATAN
1. Sambutan dan
Informasi Secara Umum
Kegiatan pertama
diawali dengan sambutan dari pihak pengelola Perkampungan Budaya Betawi, Bapak
Dr. Ajat Sudrajat, M.Pd dan ketua pelaksana. Setelah itu, kami diberi informasi
secara umum mengena Perkampungan Budaya Betawi seperti sejarahnya, tujuan,
fungsi, dan potensi-potensi wisata yang ada.
2. Membuat Kembang
Goyang
Kue Kembang Goyang adalah kue kering khas Betawi yang
merupakan salah satu kue tradisional yang masih banyak digemari oleh
masyarakat. Nama kue kering Kembang Goyang diambil dari bentuknya yang
menyrupai bunga dan proses penggorengannya yang digoyang-goyang hingga adonan
terlepas dari cetakan. Proses pembuatan kembang goyang tidak terlalu rumit dan
hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat. Berikut resep pembuatan kue
Kembang Goyang.
a) Bahan-Bahan:
· 150 gram tepung
beras
·
50 gram tepung
sagu
·
1 Santan
kemasan Kara / 250ml santan
·
1 butir telur
·
½ sendok teh
garam
·
50 gram gula
pasir
·
minyak
secukupnya
b) Peralatan:
·
Whisk / pengocok
adonan
·
Kompor
·
Penggorengan
·
Cetakan kembang
goyang
·
Sumpit / lidi tebal
c) Cara Membuat
1) Kocok telur dan gula pasir hingga
mengembang, lalu masukkan tepung beras dan tepung sagu, santan dan garam lalu
aduk-aduk hingga larut.
2)
Panaskan minyak
lalu celupkan cetakan kembang goyang kedalam penggorengan.
3) Setelah cetakan panas, masukan cetakan
kembang goyang ke adonan dan pastikan cetakan jangan sampai tenggelam.
4) Masukan cetakan yang sudah dicelupkan
ke adonan ke dalam penggorengan dengan minyak yang panas.
5) Goyang-goyangkan cetakan sampai adonan
terlepas, lalu masak hingga bewarna kuning kecoklatan, kemudian angkat dengan
sebatang sumpir atau lidi tebal dan tiriskan.
6)
Ulangi
langkah-langkah diatas hingga adonan habis.
3. Membuat Batik
Khas Betawi
Batik Betawi memiliki ciri khas
tersendiri yang membuat batik Betawi berbeda dengan batik dari daerah lain.
Baik Betawi menggunakan pola atau desain dari ikon kota Jakarta seperti
Ondel-Ondel dan Monas. Selain itu, batik yang dibuat di Perkampungan Budaya
Betawi ini kebanyakan menggunakan bahan-bahan pewarna alami yang terbuat dari
serutan kayu secang, dan lain-lain. Namun, beberapa diantaranya masih
menggunakan pewarna tekstil. Ada dua macam batik yang dibuat di Perkampungan
Budaya Betawi, yaitu:
a.
Batik tulis
Batik tulis masih menggunakan metode
lama yaitu dengan menggunakan canting dan malam yang sudah dipanaskan. Proses
pembuatan batik tulis relatif lebih lama dan harga jualnya lebih mahal. Pada
saat observasi saya berkesempatan untuk membuat batik tulis sederhana di atas
sehelai kain nori.
b.
Batik Cap
Batik cap
menggunakan cap atau cetakan yang terbuat dari tembaga yang dibentuk seuai
desain atau pola dan kemudian dibakar. Proses pembuatannya relatif lebih
singkat dan harga jualnya lebih murah.
4.
Membuat
Miniatur Ondel-Ondel
Ondel-Ondel merupakan hasil dari kebudayaan
Betawi yang berupa boneka besar yang tingginya mencapai kurang lebih 2.5m.
Boneka ini terbuat dari anyaman bambu yang dibuat agar dapat dipikul dari dalam
oleh orang yang membawanya. Awal mulaya, Ondel-Ondel berfungsi sebagai penolak
bala dari gangguan roh halus yang mengganggu pada acara-acara tertentu. Namun
sekarang, Ondel-Ondel juga menjadi pertunjukkan serra untuk menyambut tamu
ataupun meramaikan acara. Ondel-Ondel dapat diiringi oleh tanjidor, pencak
Betawi, Bende, Kimos, dan Rebana Ketimpring. Pada kegiatan observasi, saya
berkesempatan untuk membuat miniatur ondel-ondel dari shuttle cock dan kain
perca yang sudah digunting seusai pola.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setu Babakan adalah perkampungan budaya
Betawi yang terletak di Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Setu Babakan memiliki enam fungsi, yaitu sebagai sarana ibadah, sebagai sarana
pemukiman, sebagai sarana informasi, sebagai sarana pelestarian dan
pengembangan, sebagai sarana penelitian, sebagai sarana pariwisata. Selain itu,
Setu Babakan juga memiliki dua tujuan, yaitu mengangkat harkat dan martabat
masyarakat Betawi, dan mengangkat perekonomian masyarakat yang tinggal di
kawasan perkampungan Betawi.
Wisatawan yang berkunjung ke cagar
budaya ini disuguhi panorama pepohonan rindang yang menambah suasana sejuk dan
tenang ketika memasukinya. Pengunjung dapat melihat rumah-rumah penggung yang
berarsitektur khas Betawi. Sebagai sebuah kawasan cagar budaya, Setu Babakan
tidak hanya menyajikan pagelaran seni maupun budaya, melainkan juga menawarkan
jenis wisata alam yang tak kalah menarik, yaitu wisata danau. Dua danau yakni
Mangga Bolong dan Babakan. Di Perkampungan Budaya Betawi wisatawan dapat
menikmati tiga obyek wisata, yaitu wisata budaya, wisata air, dan wisata agro.
B. Saran
Dengan pembuatan laporan kunjungan
Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan ini, diharapkan bagi penerus bangsa
agar sadar akan kebudayaan yang ada di Indonesia, terutama kebudayaan Betawi.
Salah satu caranya dengan menanamkan rasa cinta akan kebudayaan Betawi agar
dapat dilestarikan keberadaannya sehingga tetap eksis dengan adanya
perkembangan zaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar